Home Berita New Delhi Semakin Dekat dengan Herd Immunity, Indonesia Kapan Menyusul?

New Delhi Semakin Dekat dengan Herd Immunity, Indonesia Kapan Menyusul?

10 min read
0
0
482
ilustrasi_pasien_covid-19

JAKARTA, PUBLIKSULTRA.ID – Hasil studi serologis di New Delhi menunjukkan bahwa lebih dari 50% orang yang disurvei telah memiliki antibodi Covid-19. Ini merupakan angka tertinggi sejak ibu kota India tersebut mengadakan survei.

Media daring lokal India yaitu The Indian Express melaporkan bahwa pada Agustus tahun lalu, survei pertama dilakukan oleh pemerintah Delhi. Hasilnya 29,1% orang yang disurvei memiliki antibodi. Angka tersebut turun menjadi 25,1% pada September dan menjadi 25,5% pada Oktober.

Baca Juga : Belum Banyak yang Tahu, Ini Beda Vaksin Sinovac Made in China dan Buatan Bio Farma

Seperti dilansir dari CNBC Indonesia, Pusat Pengendalian Penyakit Nasional (NCDC) juga telah melakukan serosurvey pada bulan Juli, dimana antibodi telah terdeteksi pada 23% dari total orang yang disurvei. Menariknya kenaikan proporsi orang yang memiliki antibodi Covid-19 ini justru terjadi saat kasus infeksi harian melandai.

Hingga kemarin (26/1/2021) India melaporkan kurang dari 10 ribu kasus baru infeksi Covid-19. Angkanya turun drastis dibandingkan dengan bulan September di tahun 2020 yang hampir mencapai 100 ribu kasus infeksi dalam sehari.

Baca Juga : Penting! Yang Sudah Divaksin Corona Bebas PCR Saat Bepergian

India memang terus berupaya untuk meningkatkan kapasitas tes Covid-19 untuk mendeteksi sedini mungkin penyebaran dan dinamika merebaknya wabah yang diakibatkan oleh virus Corona jenis baru itu (SARS-CoV-2).

Delhi maupun wilayah lain terus menggenjot jumlah tes baik dengan menggunakan swab PCR maupun rapid antigen.

Baca Juga : Bagaimana Kabar Vaksin Merah Putih Buatan Indonesia?

Kenaikan proporsi orang yang memiliki antibodi Covid-19 saat kasus infeksi harian terus menurun membuat ilmuwan dan epidemiolog berpendapat bahwa sebenarnya lebih banyak orang yang terjangkit penyakit yang menyerang sistem pernapasan ini daripada yang dilaporkan.

Ada kemungkinan besar bahwa kasus tanpa gejala lebih banyak terjadi dibandingkan kasus yang dilaporkan dengan gejala, sehingga hal tersebut luput dari pemantauan dan tes.

Menurut salah seorang ahli dari bernama Dr Shobha Broor selaku mantan kepala mikrobiologi di AIIMS, hasil survei serologis tersebut mengindikasikan banyak kasus tanpa gejala yang terjadi dan New Delhi semakin dekat dengan fenomena kekebalan komunitas atau herd immunity.

Mewujudkan herd immunity merupakan tujuan utama berbagai negara yang terjangkit Covid-19 saat ini. Apabila kekebalan komunal terbentuk maka ekonomi diharapkan bakal pulih kembali.

Secara sederhana herd immunity merujuk pada ambang batas proporsi dari suatu populasi yang memiliki kekebalan terhadap suatu penyakit. Jika ambang batas tersebut dicapai maka wabah bisa ditekan.

Apabila angka herd immunity berada di 70%. Artinya butuh 70% dari total populasi yang memiliki kekebalan terhadap suatu penyakit agar seluruh populasi bisa diselamatkan, dalam kasus ini adalah Covid-19. Herd immunity dapat ditempuh melalui dua jalur. Ada yang caranya radikal ada yang tidak.

Secara radikal herd immunity bakal terbentuk ketika suatu populasi secara terus menerus dan masif terpapar ke suatu patogen lewat berbagai jalur transmisinya. Setelah mereka terjangkit suatu penyakit maka sistem kekebalan tubuhnya akan mengaktifkan mekanisme perlawanan. Salah satunya adalah dengan pembentukan antibodi.

Cara yang kedua adalah dengan vaksinasi. Melalui pemberian vaksin imun seseorang dirangsang untuk aktif, sehingga ketika suatu saat terpapar terhadap suatu patogen tubuh menjadi lebih siap.

Untuk kasus di India, agar bisa menyimpulkan apakah negara tersebut sudah semakin mendekati apa yang disebut sebagai herd immunity, perlu dilakukan survei serologis lebih banyak lagi.

Kendati banyak orang di Delhi yang sudah memiliki senjata berupa antibodi. Bukan berarti program vaskinasi dihentikan. Vaksin tetap dibutuhkan karena selama ini program imunisasi dengan vaksin merupakan yang paling aman.

Saat ini total kasus kumulatif di Tanah Air sudah tembus angka 1 juta. Indonesia menduduki peringkat ketiga sebagai negara dengan kasus kumulatif Covid-19 terbanyak di Asia setelah India dan Iran.
Kendati begitu, jumlah kasus baru infeksi Covid-19 di dalam negeri masih terus meningkat. Hal ini jelas berbeda dengan yang terjadi di India. Total kasus harian Covid-19 di RI seringkali tembus rekor. Dalam beberapa waktu terakhir pertambahannya bahkan di atas 13 ribu per hari.

Namun di saat yang sama jumlah tes yang dilakukan di Indonesia juga masih terbilang minim. Hal ini tercermin dari angka kasus positifnya (positive rate) yang hampir mendekati angka 30%. Ini juga berbanding terbalik dengan India yang sudah berada di bawah 2%.

Tingkat kasus positif yang tinggi menjadi bukti bahwa Indonesia masih terjerat dengan pandemi yang semakin merajalela. Semakin tinggi angkanya maka berarti semakin banyak orang yang terinfeksi sehingga membutuhkan jumlah tes yang lebih banyak.

Ini berarti kasus riil di Indonesia jauh lebih banyak dari yang dilaporkan dan RI terus mendekati herd immunity. Namun jelas hal ini harus didukung dengan data dan pendekatan ilmiah.

Per Juli lalu Kementerian Kesehatan RI telah merencanakan untuk bergabung dengan WHO melakukan studi dan survei serologis Covid-19 terhadap 10 ribu orang yang tersebar 17 provinsi dan 69 kabupaten/kota.

Hanya saja sampai berita ini ditulis, tim CNBC Indonesia belum menemukan hasil studi tersebut.

Kalaupun hasilnya keluar, sampelnya masih terbilang sangat sedikit ketimbang total populasi masyarakat RI yang mencapai lebih dari 268 juta jiwa. Artinya bisa saja hasil yang diperoleh tak memberikan kesimpulan jelas serta komprehensif.

Bagaimanapun juga Indonesia tak mau menempuh jalur yang radikal dalam mewujudkan herd immunity. Indonesia lebih memilih program vaskinasi ketimbang harus membiarkan rakyatnya tumbang satu per satu.

Dalam keterangannya Sri Mulyani menyebut bahwa Presiden Joko Widodo menargetkan herd immunity bisa tercapai dalam waktu satu tahun. Target yang ambisius memang.

Namun jika kasus terus melonjak, jumlah tes yang dilakukan tetap minim, kebijakan pembatasan sosial tidak optimal, maka mau tak mau akan semakin banyak dari populasi yang terjangkit Covid-19.

Ada kemungkinan orang-orang tanpa gejala (OTG) di Indonesia akan memiliki peran besar dalam mewujudkan cita-cita bersama tersebut mengingat kasus OTG tergolong besar. (*)

Editor : Rahma Nurjana | Sumber : Harianhaluan

Load More Related Articles
Load More By Publik Sultra
Load More In Berita

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Check Also

Mengungkap Rahasia Dibalik Teknologi Blockchain

Pendahuluan Pengantar Blockchain adalah teknologi yang semakin populer dan memiliki potens…