Gus Yahya terpilih usai meraih 337 suara, unggul atas Said Aqil Siradj selaku petahana yang memperoleh 210 suara dalam Muktamar ke-34 NU di Lampung, Jumat (24/12/2021).
“Dari 548 suara yang masuk untuk Said Aqil 210, untuk Yahya Cholil Staquf 337 dan satu suara batal,” ujar pimpinan sidang dari tayangan YouTube TVNU Televisi Nahdlatul Ulama, dikutip dari Kompas.com, Jumat (24/12/2021).
“Jadi suara terbanyak Gus Yahya,” lanjutnya.
Berikut profil dan sepak terjang Gus Yahya:
Profil KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya)
KH Yahya Cholil Staquf atau yang akrab disapa Gus Yahya lahir di Rembang, Jawa Tengah, 16 Februari 1966.
Sebelum ditetapkan sebagai ketua umum, Gus Yahya menjabat sebagai Katiba Aam PBNU.
Pada 2018, ia juga diangkat menjadi Dewan Pertimbangan Presiden (Watimpres) oleh Presiden Joko Widodo.
Dikutip dari Harian Kompas, 11 November 2000, Gus Yahya masih keponakan Gus Mus atau KH Mustofa Bisri.
Sejak kecil, Gus Yahya terbiasa dengan tradisi pesantren NU.
Dari pesantren di kampungnya di Rembang, ia berkelana ke pesantren-pesantren di Yogyakarta.
Di kota pelajar itu pula Gus Yahya menuntut ilmu pengetahuan di SMP, SMA, dan menyelesaikan sarjana bidang sosial politik di Unversitas Gadjah Mada (UGM).
Setelah satu tahun belajar di Mekkah, Arab Saudi (1996-1997), ia kembali ke kampungnya dan mengajar di pesantren.
Gus Yahya juga pernah menjabat Wakil Sekretaris Jenderal Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Gus Yahya masuk Policy Exchange
Harian Kompas, 23 Juli 2020 memberitakan, Gus Yahya pernah terpilih sebagai anggota Komisi Indo-Pasifik pada lembaga think tank di Inggris, Policy Exchange.
Komisi Indo-Pasifik lembaga ini dipimpin mantan Perdana Menteri (PM) Kanada Stephen Harper.
Adapun komisi tersebut beranggotakan 15 tokoh dari kalangan diplomat, pemimpin dunia usaha, politisi, pemimpin militer dan sipil dari Inggris, AS, Jepang, India, Korea Selatan, Australia, Singapura, dan Indonesia.
Adapun Gus Yahya saat itu mewakili Indonesia.
Tujuan komisi ini adalah menyusun cetak biru pendekatan strategis baru terhadap kawasan Indo-Pasifik melalui kajian perdagangan, diplomasi, politik, pertahanan, dan keamanan di Indo-Pasifik. (*)
Sumber: kompas.com