Home Berita Pandemi Sudah 10 Bulan, Ratusan Hotel Gulung Tikar dan Ada yang Mulai Dijual

Pandemi Sudah 10 Bulan, Ratusan Hotel Gulung Tikar dan Ada yang Mulai Dijual

4 min read
0
0
425
Ilustrasi

YOGYAKARTA, PUBLIKSULTRA.ID – Ratusan hotel di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengalami kesulitan ekonomi dan bahkan sudah mengalami kebangkrutan. Sebagai daerah wisata, Yogyakarta terkena hantaman keras akibat Covid-19 yang sudah berjalan selama 10 bulan terakhir.

Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY Deddy Pranawa Eryana menyebutkan bahwa jumlah hotel yang gulung tikar dari hari ke hari kian bertambah.

Baca Juga : Merapi Bergejolak, Muntahkan 36 Awan Panas dalam 14 Jam

“Ada beberapa unit usaha yang mulai tutup. Kemarin data kita 30, sekarang sudah meningkat jadi 50 di DIY per hari ini (Senin 1 Februari) hotel dan resto yang tutup, ini hanya data yang masuk sebagai anggota PHRI DIY, jumlahnya 300-an. Kalau di luar PHRI, bisa dua kali lipat, ratusan,” sebut Deddy seperti dilansir dari CNBC Indonesia, Selasa (2/2/2021).

Ratusan hotel masuk ke dalam beberapa kategori, mulai dari kuat, setengah kuat, pingsan, hampir mati dan mati. Kekuatan finansial dari masing-masing unit usaha menjadi penentu.

Baca Juga : Tak Ada Acara di Malioboro Saat Natal dan Tahun Baru

“Ada kemungkinan hotel dijual, bertahan dengan menjual aset atau istirahat sementara saja. Banyak juga yang menawarkan hotel,” papar Deddy.

Tutupnya ratusan hotel itu sebagai dampak pembatasan sosial, dimana ada imbauan masyarakat tidak melakukan mobilitas jika tidak perlu. Sehingga, pendapatan tidak ada karena sebagian besar masyarakat luar daerah tidak memilih berlibur ke Yogyakarta.

Baca Juga : Gegara Hal ini, Pariwisata Indonesia Kehilangan Rp 150 T Tiap Tahun

“Kenapa tutup? Hotel dan resto nggak kuat lagi bayar operasionalnya, listrik tetap, bayar karyawan, BPJS tetap jalan, pajak juga jalan. Argo berputar, tapi pemasukan nggak ada,” kata Deddy.

Selain kewajiban yang tetap jalan, sebagian besar hotel juga sudah menerapkan protokol kesehatan sesuai apa yang diminta pemerintah, baik pusat maupun daerah. Misalnya sertifikasi Cleanliness (Kebersihan), Health (Kesehatan), Safety (Keamanan), dan Environment Sustainability (Kelestarian Lingkungan).

Baca Juga : Covid-19 di DIY Hari Ini Bertambah Nyaris 200

“Jadi kelihatannya apa gunanya mendapatkan itu, sementara kran kita dimatikan. Karena sektor pariwisata mobilitas pergerakan manusia, kalau pergerakan dihentikan harusnya ada solusi relaksasi, ini yang kita rasakan,” katanya.

Mengutip data Badan Pusat Statistik, tingkat penghunian kamar hotel di Provinsi DI Yogyakarta mencapai rata-rata 45 persen pada bulan Desember 2020, turun 27,12 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

Penurunan tingkat hunian hotel itu merupakan yang ketiga terbesar di Indonesia setelah Bali, dan hotel-hotel di Kepulauan Riau. Demikian detik.com.(*)

Editor : Nova Anggraini | Sumber : Harianhaluan

Load More Related Articles
Load More By Publik Sultra
Load More In Berita

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Check Also

Mengungkap Rahasia Dibalik Teknologi Blockchain

Pendahuluan Pengantar Blockchain adalah teknologi yang semakin populer dan memiliki potens…