Home Artikel Dulu Dipakai Buat Kerokan, Kini Diburu karena Harganya Jutaan

Dulu Dipakai Buat Kerokan, Kini Diburu karena Harganya Jutaan

11 min read
0
0
246
ilustrasi koin

JAKARTA, PUBLIKSULTRA.ID – Belum lama ini, dunia maya diramaikan oleh viral uang koin Rp1.000 dijual dengan harga fantastis. Di mana, melalui platform belanja online koin tersebut dijual Rp100 juta.

Dikutip dari CNBC Indonesia, Minggu (21/11/2021), punya sejarah panjang hingga merdeka, Indonesia juga punya banyak koin jadul yang melambangkan setiap zaman. Tidak heran, koin-koin ini pun sekarang banyak dicari para kolektor karena bisa bernilai hingga ratusan juta.

Baca Juga: Polisi Tangkap Satu Notaris Tersangka Mafia Tanah Ibu Nirina Zubir di Apartemen Kalibata

Contohnya saja, Yohanes Dicky (23 tahun) punya hobi mengumpulkan uang kuno sejak ia duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). Ketertarikannya terhadap uang kuno berawal tatkala dirinya suka diberi ‘angpao’ dari keluarga dan koleganya.

Berbeda dari anak kecil yang lain yang biasanya selalu menghabiskan uangnya, Yohanes justru menyimpan sebagian uang yang sudah diperolehnya itu. Sampai sekarang uang itu menjadi bagian dari beberapa koleksinya.

Dari semua seri rupiah yang pernah terbit, diakuinya ia sudah memiliki semua serinya. Maka tak heran, dari hobinya itu, investasi untuk mengumpulkan uang kunonya sudah mencapai ratusan juta rupiah.

Baca Juga: PSSI Resmi Polisikan Bambang Suryo dan Tiga Orang Lainnya ke Polda Jatim

“Investasinya mungkin sudah mencapai Rp 300 juta sampai Rp 400 juta, karena ngumpulinnya dari kecil,” cerita Yohanes kepada CNBC Indonesia.

Pria yang kini tinggal di Purwokerto ini mengaku, banyak mendapatkan uang kuno dari antar sesama teman komunitasnya. Atau biasanya, semasa ia pernah tinggal di Yogyakarta ia biasa mencari uang kuno di Pasar Klithikan Yogyakarta.

Berdasarkan pengalamannya, kata Yohanes uang kuno yang paling banyak dicari di kalangan kolektor adalah uang Gulden zaman penjajahan Belanda. Antara seri tahun 1930-an hingga zaman sebelum Indonesia Merdeka atau di bawah tahun 1945.

Baca Juga: Indonesia Berpotensi Jadi Sumber Tanaman Herbal Dunia, Milenial Diajak Konsumsi Jamu

Juga yang paling banyak dicari adalah Rupiah yang sengaja dicetak Bank Sentral saat hari-hari peringatan tertentu. Namun diakuinya, uang-uang peringatan khusus RI zaman dahulu sulit didapatkan.

“Yang paling banyak dicari biasanya dari Zaman Belanda, uang yang terbit pada Tahun 1930-an, uang dalam seri wayang itu benar-benar langka. Jepang juga cukup langka koinnya. Kalau Rupiah yang paling banyak dicari itu uang-uang peringatan,” jelas Yohanes.

Semakin langka barangnya, maka semakin mahal harganya. Per lembar atau koin uang yang langka barangnya, harganya bisa untuk membeli satu buah mobil toyota atau honda baru.

Baca Juga: Heboh Kabar Velove Vexia Menikah, Banjir Ucapan Selamat!

“Yang Belanda bisa beli mobil per lembarnya itu, yang seri Wayang. Sekarang masih diharga ratusan juta per lembarnya. Karena memang jarang yang punya, jarang yang keluarin atau bersedia dijual,” tuturnya.

“Kalau uang Rupiah kertas yang banyak dicari itu gambar Barong Bali yang ada di pecahan Rp 10.000, itu cukup susah dicari, harganya bisa jutaan hingga ratusan juta, tergantung kondisi. Yang lebih mahal lagi seri hewan tahun 1970-an, itu pecahan Rp 5.000 ada gambar banteng, harganya bisa Rp 60 juta sampai Rp 70 juta,” kata Yohanes lagi.

Sementara uang-uang tahun 1990-an, seperti uang Rp 500 gambar orangutan, menurut Yohanes nilainya masih terbilang belum tinggi untuk dijadikan investasi.

Yohanes sendiri saat ini sudah memiliki semua seri rupiah sejak zaman dahulu kala hingga uang masa terkini edisi khusus yang diterbitkan langsung oleh Bank Indonesia dalam jumlah terbatas.

Melihat banyak orang seperti Yohanes, ada pula yang melihat ceruk pasar untuk mencari cuan. Ahmad Diki Hamdani (25 tahun) justru lebih tertarik untuk mendapatkan cuan dengan menjual uang-uang kuno.

Ahmad sudah menekuni penjualan uang kuno sejak 2018. Melihat pasar yang banyak, membuat ia memutuskan untuk menjual uang kuno sebagai mata pencahariannya.

Dalam menjangkau pasarnya, Ahmad menjual barang-barang koleksi uang kunonya melalui e-commerce, baik itu di Tokopedia, Shopee, hingga BukaLapak. Melalui penjualan uang kunonya tersebut, dia bisa meraup hingga Rp 40 juta per bulan.

“Kalau keuntungan sebenarnya relatif. Alhamdulillah cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Bisa dapat lebih Rp 20 juta per bulan. Kadang juga bisa dapat Rp 30 juta sampai Rp 40 juta, gak pasti juga tergantung ketersediaan barang,” ujar Ahmad kepada CNBC Indonesia.

Ahmad sendiri hanya khusus menjual uang-uang kuno dalam mata uang Rupiah. Target pemasaran Ahmad sendiri lebih banyak menjual uang-uang rupiah dengan tahun edar tahun Rp 1990-an.

Melalui Toko Koleksi Uang Indo di e-commercenya itu, Ahmad menjual uang rupiah zaman dahulu dengan mematok harga antara rentang Rp 2.000 hingga tertinggi Rp 400.000.

“Saya kebanyakan menjual uang-uang tahun edar 1990-an aja, paling ya masyarakat menengah ke bawah, karena lebih gampang jualnya, jadi lebih lebih terjangkau,” ujarnya.

“Yang paling mahal itu relatif ya, yang paling tertinggi itu Rp 400.000 samapai Rp 1 juta. Tapi yang jutaan jarang terjual, karena dibeli orang-orang tertentu aja. Lebih sering yang biasa-biasa aja, yang murah-murah, ribuan, puluhan ribu, lebih terjangkau. Biasanya dipakai orang untuk mahar nikah,” jelasnya.

Pecahan rupiah yang paling laku di tokonya itu, kata Ahmad yaitu pecahan Rp 500 sampai pecahan Rp 1.000. Seperti diketahui, uang kertas rupiah tahun terbit 1990-an memiliki berbagai macam desain.

Baca Juga: Tersangka Dugaan Pelecehaan Seksual , Dekan FISIP UNRI Pulang ke Rumah Usai Diperiksa

Adapun rupiah tahun 1990 yang dijual Ahmad di antaranya yakni uang pecahan Rp 500 bergambar orangutan, kemudian uang Rp 1.000 bergambar lompat batu, uang pecahan Rp 5.000 bergambar sasando.

Selain itu juga, Ahmad menjual rupiah edisi 1990 dengan nominal Rp 10.000 yang terdiri dari dua jenis gambar, yaitu bergambar pahlawan Cut Nyak Dien dan Sri Sultan Hamengku Buwono IX.

Ahmad juga menjual uang pecahan Rp 50.000 yang bergambar pencipta lagu kebangsaan Indonesia Raya, Wage Rudolf Supratman dan bergambar Presiden ke-2 Soeharto.

“Soeharto ada dua jensi juga, ada yang dari plastik dan kertas. Yang plastik gak beredar banyak, yang Rp 100.000 (yang dijual) baru yang gambar Soekarno-Hatta yang plastik,” ujar Ahmad.

Dari pengalaman menjual uang kunonya itu, paling jauh yang pernah dia kirim adalah ke Papua. Bahkan ke luar negeri hingga ke Malaysia dan Singapura.(*)

Editor: Rahma Nurjana

Sumber: CNBC Indonesia

Load More Related Articles
Load More By Publik Sultra
Load More In Artikel

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Check Also

Revolusi Industri 4.0: Bagaimana IoT dan Analitika Data Mengubah Cara Bisnis Beroperasi

Revolusi Industri 4.0: Bagaimana IoT dan Analitika Data Mengubah Cara Bisnis Beroperasi &n…