PUBLIKSULTRA.ID – Orang yang didapuk sebagai orang terkaya se-Indonesia Raya kini sudah digantikan oleh Rio Silaban. Dia ditunjuk langsung oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani sebagai Direktur Jenderal Kekayaan Negara untuk menggantikan Isa Rachmatawarta.
Sri Mulyani mengatakan dirinya terpaksa harus mengganti status orang kaya se- Indonesia Raya itu.
Baca Juga : Jangan Salah Paham! Begini Penjelasan Lengkap Sri Mulyani soal Pajak Pulsa
Isa Rachmatarwata sendiri sempat viral di media sosial beberapa waktu lalu, kala Sri Mulyani menyebut pejabatnya itu merupakan orang terkaya di Indonesia karena mengelola aset negara yang bernilai puluhan ribu triliun.
“Sudah terlanjur terkenal sebagai orang terkaya di Indonesia, hari ini terpaksa diganti statusnya sebagai orang terkaya di Indonesia. Saya berterima kasih kepada Pak Isa,” kata Sri Mulyani dalam pelantikan Eselon I Kementerian Keuangan beberapa waktu lalu, dikutip dari CNBC Indonesia, Minggu (4/4/2021).
Baca Juga : Sri Mulyani Kesal Dapat SMS Penawaran Dana Cepat: HP Saya Tiap Hari Harus Hapus Kayak Gitu
Kekayaan yang dimaksud Sri Mulyani bukanlah milik perorangan, melainkan milik bangsa dan negara Indonesia. Tugas Direktur Jenderal Kekayaan Negara sendiri adalah mengelola aset milik negara.
Mengutip Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) 2019, total aset pemerintah pusat per 31 Desember 2019 berjumlah Rp 10.467,53 triliun. Terdiri dari aset lancar Rp 491,86 triliun, investasi jangka panjang Rp 3.001,2 triliun, aset tetap Rp 5.949,59 triliun, piutang jangka panjang (netto) Rp 56,88 triliun, dan aset lainnya Rp 967,98 triliun.
Baca Juga : Mantap! Pendapatan Negara Tumbuh Positif pada Februari 2021
Dengan statusnya sebagai Direktur Jenderal Kekayaan Negara, ‘kekayaan’ Rio Silaban kini lebih banyak ketimbang duo Hartono Bersaudara, orang terkaya Tanah Air versi Forbes.
Per Desember 2019, atau sekitar Rp 525 triliun dengan asumsi kurs Rp 14.000
Baca Juga : Sri Mulyani Sebut yang Terkaya di Indonesia Bukan Bos Djarum, Tapi Orang Ini
“Pak Isa orang paling kaya di seluruh Indonesia. [Kekayaan itu] didapat dari uang pajak, uang bea cukai, uang PNBP [Penerimaan Negara Bukan Pajak], dan juga utang,” jelas Sri Mulyani beberapa waktu lalu. (*)
Editor : Heldi Satria | Sumber : CNBC Indonesia
