Home Berita Efek Mengerikan Bom Cluster dan Sejarahnya, Dipasok AS untuk Militer Ukraina

Efek Mengerikan Bom Cluster dan Sejarahnya, Dipasok AS untuk Militer Ukraina

4 min read
0
0
3,620
Ilustrasi bom. (Shutterstock)

publiksultra.id – Konflik bersenjata antara Ukraina dan Rusia terus berlanjut dengan melibatkan negara adidaya Amerika Serikat. Kabar terbaru Presiden Joe Biden akan mengirimkan bom kluster ke Ukraina sebagai bantuan militer kendati efek bom cluster dan sejarahnya terbukti mendatangkan efek buruk.

Salah satu yang memperingatkan dengan keras penggunaan bom tersebut adalah Perdana Menteri Kamboja, Hun Sen. Penggunaan bom yang sama juga dilarang di 120 negara lain. Hun Sen menyampaikan peringatannya lantaran Kamboja pernah dijatuhi bom cluster oleh Amerika Serikat dalam perang 1970-an. Dampaknya, puluhan ribu orang cacat permanen dan meninggal dunia.

baca juga :Bom Berdarah di Masjid Kabul hingga 77 Jet China Masuk Taiwan

Bom cluster merupakan senjata berbentuk tabung yang di dalamnya terdapat bom dengan ukuran lebih kecil atau submunisi. Bom cluster kemudian dijatuhkan dengan rudal atau peluncuran roket sesuai dengan area target. Saat meledak, pecahan peluru bisa menghancurkan gedung hingga kendaraan baja.

Efek bom cluster ini tentu saja tak main-main. Latar belakang inilah yang membuat ratusan negara di dunia turut menandatangani Convention on Cluster Munition (CCM) pelarangan bom cluster. Jika gagal meledak dalam operasi militer, bom cluster seperti ranjau sangat berbahaya bagi masyarakat sipil.

Sejarah Penggunaan Bom Cluster

Bom cluster pertama kali digunakan secara operasional oleh Jerman dengan jenis Bom Cluster SD-2 atau Sprengbombe Dickwandig 2 kg yang biasa disebut Bom Butterfly dalam Perang Dunia II.

Bom cluster diproduksi secara independen oleh Amerika Serikat, Rusia dan Italia serta memiliki beberapa jenis dan jumlah submunisinya. CBU 59 APAM Rockeye II adalah salah satu jenis bom cluster yang sering digunakan dalam peperangan.

CBU-59 APAM merupakan senjata antipersonil, antimaterial dikembangkan pada era 1970-an sebagai penyempurnaan dari Rockeye. Menggunakan dispenser yang sama dengan Rockeye, namun memiliki 717 bomblet yang lebih kecil BLU-77. Juga memiliki efek fragmentasi anti-personil dan efek bakar (incendiary) selain efek penembusan baja (armor-piercing). Selama perang teluk diperkirakan 186 bom CBU-59 dijatuhkan.

baca juga :Isi Lengkap Surat Wasiat Pelaku Bom Bunuh Diri di Makassar untuk Ibu

Sejak Februari 2005 Bom Cluster ditentang oleh banyak masyarakat dan ratusan kelompok, seperti Palang Merah dan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) karena membahayakan warga sipil.

Dalam catatan sejarah saat konflik Israel dan Lebanon pada tahun 2006, Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) memperkirakan ada satu juta bom yang gagal meledak. Hal ini berimbas pada ancaman bahaya ratusan masyarakat sipil di Lebanon.

sumber : suara.com

Load More Related Articles
Load More By Publik Sultra
Load More In Berita

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Check Also

KONI Sultra Apresiasi Prestasi Atlet Hapkido

KENDARI, PUBLIKSULTRA.ID – Konteks Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Provinsi Sula…