Dalam era digital yang semakin terintegrasi, ancaman siber bukan hanya datang dari individu atau kelompok kriminal, namun juga dari negara-negara atau state actors. Dengan sumber daya yang memadai dan motivasi yang kuat, negara-negara ini mampu melancarkan serangan siber yang sangat canggih dan berdampak luas.
Tujuan Utama Negara dalam Serangan Siber
- Intelijen:
- Pengumpulan Informasi: Mendapatkan informasi rahasia tentang negara lain, seperti rencana militer, pengembangan teknologi, atau kebijakan ekonomi.
- Pemetaan Infrastruktur: Memahami struktur dan kelemahan infrastruktur kritis negara target.
- Sabotase:
- Gangguan Infrastruktur Kritis: Melumpuhkan layanan penting seperti listrik, air, komunikasi, atau transportasi.
- Kerusakan Ekonomi: Menimbulkan kerugian ekonomi yang signifikan pada negara target.
- Propaganda:
- Manipulasi Opini Publik: Menyebarkan disinformasi, hoaks, atau propaganda untuk mempengaruhi opini publik dan memicu perpecahan.
- Intervensi Politik: Mempengaruhi hasil pemilihan atau proses politik lainnya.
- Perang Hibrida:
- Kombinasi Serangan: Menggabungkan serangan siber dengan tindakan militer konvensional untuk mencapai tujuan politik.
- Keuntungan Ekonomi:
- Pencurian Kekayaan Intelektual: Mencuri rahasia dagang atau teknologi untuk keuntungan ekonomi.
- Prestise:
- Demonstrasi Kekuatan: Menunjukkan kemampuan siber untuk menakut-nakuti negara lain.
Strategi yang Diterapkan Negara dalam Serangan Siber
- Advanced Persistent Threats (APTs): Serangan yang berlangsung dalam jangka waktu lama, melibatkan berbagai teknik, dan seringkali sulit dideteksi.
- Waterholing: Menginfeksi situs web yang sering dikunjungi oleh target untuk menyebarkan malware.
- Spear Phishing: Mengirim email phishing yang ditargetkan kepada individu tertentu dengan informasi yang sangat spesifik.
- Supply Chain Attacks: Menyerang rantai pasokan perangkat lunak atau hardware untuk menginfeksi sistem target.
- Living Off the Land: Menggunakan alat dan utilitas yang sudah ada di sistem target untuk menghindari deteksi.