Home Artikel Sistem Terdistribusi dalam Aplikasi Microservices

Sistem Terdistribusi dalam Aplikasi Microservices

8 min read
0
0
33

Pendahuluan

Aplikasi berbasis microservices adalah pendekatan arsitektur perangkat lunak di mana aplikasi dibangun sebagai serangkaian layanan kecil, mandiri, dan terdistribusi. Setiap layanan (atau microservice) bertanggung jawab atas fungsi atau fitur tertentu dari aplikasi dan berkomunikasi dengan layanan lain melalui API. Dalam konteks sistem terdistribusi, arsitektur microservices menawarkan berbagai manfaat dan tantangan yang unik. Artikel ini akan membahas bagaimana sistem terdistribusi diterapkan dalam aplikasi microservices, serta kelebihan dan tantangan yang terkait.

Apa Itu Microservices?

Microservices adalah pendekatan arsitektur yang membagi aplikasi besar menjadi layanan-layanan kecil yang dapat dikembangkan, di-deploy, dan diskalakan secara independen. Setiap microservice biasanya menangani satu area bisnis atau fungsi aplikasi dan dapat beroperasi secara mandiri.

Ciri-ciri Microservices

  1. Modularitas: Setiap microservice adalah modul independen yang dapat dikembangkan dan di-deploy secara terpisah.
  2. Kemandirian: Microservices beroperasi secara independen dan dapat berkomunikasi melalui API atau mekanisme komunikasi lainnya.
  3. Scalability: Microservices dapat diskalakan secara individu, memungkinkan skalabilitas yang lebih fleksibel.
  4. Teknologi Beragam: Setiap microservice dapat menggunakan teknologi atau bahasa pemrograman yang paling sesuai untuk fungsinya.

Arsitektur Sistem Terdistribusi dalam Microservices

1. Komunikasi Antar-Microservices

Dalam sistem microservices, komunikasi antar-microservices sangat penting. Ada dua metode utama untuk komunikasi ini:

  • Synchronous Communication: Menggunakan protokol seperti HTTP/REST atau gRPC untuk komunikasi langsung antar-microservices. Ini memerlukan layanan untuk menunggu respons dari layanan lain.
  • Asynchronous Communication: Menggunakan message brokers atau sistem pub/sub seperti Kafka atau RabbitMQ untuk mengirim pesan atau event secara tidak langsung. Ini memungkinkan layanan untuk beroperasi secara lebih terpisah dan mengurangi ketergantungan.

2. Manajemen Konfigurasi

Microservices sering memerlukan konfigurasi yang berbeda. Manajemen konfigurasi yang baik adalah kunci untuk mengelola pengaturan aplikasi, seperti database, endpoint layanan, dan variabel lingkungan. Beberapa alat yang dapat digunakan untuk manajemen konfigurasi termasuk:

  • Consul
  • etcd
  • Spring Cloud Config

3. Discovery Service

Dalam arsitektur microservices, layanan perlu mengetahui lokasi layanan lain untuk berkomunikasi. Service discovery memungkinkan layanan untuk menemukan dan berinteraksi dengan layanan lain secara dinamis. Alat yang umum digunakan untuk service discovery termasuk:

  • Eureka
  • Consul
  • Zookeeper

4. Manajemen API

API Gateway adalah komponen yang penting dalam arsitektur microservices. Ini berfungsi sebagai titik masuk tunggal untuk semua permintaan klien dan dapat melakukan:

  • Routing: Meneruskan permintaan ke microservices yang sesuai.
  • Load Balancing: Mendistribusikan permintaan ke beberapa instansi microservices.
  • Autentikasi dan Otorisasi: Mengelola akses ke layanan dan memastikan bahwa hanya pengguna yang sah yang dapat mengaksesnya.
  • Monitoring dan Logging: Memonitor dan mencatat aktivitas API untuk analisis dan pemecahan masalah.

5. Keamanan

Keamanan dalam arsitektur microservices melibatkan beberapa lapisan perlindungan:

  • Autentikasi dan Otorisasi: Menggunakan token seperti JWT untuk autentikasi dan mengelola izin akses.
  • Enkripsi: Menggunakan TLS/SSL untuk enkripsi data dalam transmisi.
  • Firewall dan WAF: Menggunakan firewall aplikasi web untuk melindungi layanan dari serangan.

6. Pengelolaan Data

Microservices sering membutuhkan pendekatan data yang berbeda, termasuk:

  • Database Per Microservice: Setiap microservice dapat memiliki database yang terpisah untuk menghindari ketergantungan antar layanan.
  • Event Sourcing: Merekam semua perubahan data sebagai urutan event yang dapat digunakan untuk membangun status aplikasi saat ini.
  • CQRS (Command Query Responsibility Segregation): Memisahkan operasi pembacaan dan penulisan data untuk meningkatkan performa dan skalabilitas.

7. Monitoring dan Logging

Monitoring dan logging sangat penting untuk memantau kesehatan dan performa aplikasi microservices. Alat dan teknik yang umum digunakan termasuk:

  • Prometheus dan Grafana: Untuk pemantauan dan visualisasi metrik.
  • ELK Stack (Elasticsearch, Logstash, Kibana): Untuk logging dan analisis data log.

Studi Kasus: Implementasi Microservices di E-Commerce

Kasus: Platform E-Commerce

  1. Layanan Pengguna: Mengelola data pengguna, autentikasi, dan otorisasi.
  2. Layanan Produk: Mengelola katalog produk dan informasi terkait.
  3. Layanan Pembayaran: Mengelola transaksi dan pemrosesan pembayaran.
  4. Layanan Pengiriman: Mengelola informasi pengiriman dan status pesanan.

Arsitektur

  • API Gateway: Menangani semua permintaan dari klien dan meneruskannya ke layanan yang sesuai.
  • Service Discovery: Memungkinkan layanan untuk menemukan layanan lain di jaringan.
  • Message Broker: Mengelola komunikasi asinkron antara layanan untuk pemrosesan pesanan.

Kesimpulan

Implementasi sistem terdistribusi dalam aplikasi microservices menawarkan fleksibilitas dan skalabilitas yang lebih baik, tetapi juga membawa tantangan dalam hal komunikasi antar layanan, manajemen konfigurasi, dan keamanan. Dengan pendekatan yang tepat dan alat yang sesuai, arsitektur microservices dapat meningkatkan performa aplikasi dan memberikan pengalaman pengguna yang lebih baik.

Load More Related Articles
Load More By felin
Load More In Artikel

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Check Also

Pengembangan Teknologi dalam Mempelajari Plasma dan Fisika Terapan

Pendahuluan Plasma, sering disebut sebagai “materi keempat,” adalah gas ionisa…