Home Artikel Pengenalan Serverless Architecture untuk Backend Development

Pengenalan Serverless Architecture untuk Backend Development

7 min read
0
0
41

Serverless architecture adalah model pengembangan aplikasi yang memungkinkan Anda untuk membangun dan menjalankan aplikasi tanpa harus mengelola server secara langsung. Meskipun nama “serverless” mengindikasikan tidak ada server, sebenarnya server tetap digunakan, tetapi manajerannya diambil alih oleh penyedia layanan cloud. Artikel ini akan memberikan pengenalan tentang serverless architecture, kelebihan, dan bagaimana cara kerjanya dalam pengembangan backend.

Apa Itu Serverless Architecture?

Serverless architecture adalah model di mana penyedia layanan cloud menangani infrastruktur server dan manajemen sumber daya untuk Anda. Dalam model ini, Anda hanya perlu fokus pada penulisan kode aplikasi dan logika bisnis, sementara penyedia layanan cloud mengelola skalabilitas, ketersediaan, dan pemeliharaan server.

Komponen Utama Serverless Architecture

  1. Function as a Service (FaaS): FaaS adalah komponen utama dari serverless architecture, di mana Anda menulis fungsi-fungsi kecil yang menangani permintaan spesifik. Fungsi ini dijalankan dalam lingkungan terisolasi yang disediakan oleh penyedia layanan cloud.
  2. Backend as a Service (BaaS): BaaS adalah layanan backend yang menyediakan fungsionalitas seperti otentikasi, penyimpanan basis data, dan pengelolaan file tanpa harus menulis kode server khusus. Ini memungkinkan Anda untuk menggunakan layanan backend yang sudah ada untuk menyederhanakan pengembangan aplikasi.

Cara Kerja Serverless Architecture

Dalam serverless architecture, Anda mengembangkan dan mengunggah kode fungsi ke penyedia layanan cloud. Kode ini dijalankan sebagai respons terhadap pemicu tertentu, seperti permintaan HTTP, perubahan data di basis data, atau event lainnya. Berikut adalah langkah-langkah umum dalam menggunakan serverless architecture:

  1. Tulis Fungsi: Buat fungsi kecil yang menangani logika bisnis spesifik. Fungsi ini biasanya ditulis dalam bahasa pemrograman seperti JavaScript, Python, atau Go.
  2. Deploy Fungsi: Unggah fungsi ke platform serverless seperti AWS Lambda, Google Cloud Functions, atau Azure Functions. Platform ini akan menangani penyediaan dan pengelolaan sumber daya yang diperlukan untuk menjalankan fungsi Anda.
  3. Tentukan Pemicu: Konfigurasi pemicu untuk fungsi Anda. Pemicu ini bisa berupa permintaan HTTP, perubahan data di basis data, atau event dari layanan lain.
  4. Jalankan dan Pantau: Fungsi akan dijalankan secara otomatis saat pemicu terpicu. Anda dapat memantau kinerja dan log fungsi melalui konsol penyedia layanan cloud.

Kelebihan Serverless Architecture

1. Tanpa Manajemen Server

Dengan serverless architecture, Anda tidak perlu mengelola server atau infrastruktur. Penyedia layanan cloud menangani pemeliharaan, pembaruan, dan skalabilitas, memungkinkan Anda fokus pada pengembangan aplikasi.

2. Skalabilitas Otomatis

Serverless architecture secara otomatis menskalakan aplikasi berdasarkan jumlah permintaan. Fungsi akan dijalankan dalam jumlah yang sesuai untuk menangani beban kerja tanpa perlu konfigurasi manual.

3. Biaya Berbasis Penggunaan

Anda hanya membayar untuk waktu eksekusi fungsi dan sumber daya yang digunakan. Ini berarti Anda tidak perlu membayar untuk server yang idle atau tidak terpakai, mengurangi biaya operasional.

4. Penerapan Cepat

Mengembangkan aplikasi dengan serverless architecture memungkinkan pengembangan yang lebih cepat karena Anda dapat memfokuskan diri pada penulisan fungsi tanpa harus memikirkan infrastruktur.

Tantangan Serverless Architecture

1. Cold Start

Cold start adalah waktu yang dibutuhkan untuk memulai fungsi serverless saat fungsi tersebut belum aktif. Ini dapat menyebabkan latensi tambahan pada permintaan pertama setelah periode tidak aktif.

2. Pengujian dan Debugging

Menguji dan mendebug aplikasi serverless dapat menjadi lebih rumit karena fungsi yang terdistribusi dan lingkungan yang terisolasi. Anda perlu alat dan strategi yang tepat untuk menangani pengujian dan debugging.

3. Manajemen Status dan Konsistensi

Mengelola status dan konsistensi data dalam lingkungan serverless bisa menjadi tantangan, terutama jika aplikasi Anda memerlukan sesi atau penyimpanan data yang kompleks.

4. Vendor Lock-In

Menggunakan layanan serverless tertentu dapat membuat Anda tergantung pada penyedia layanan cloud tertentu, yang dapat membatasi fleksibilitas dan portabilitas aplikasi Anda.

Kesimpulan

Serverless architecture menawarkan cara baru untuk mengembangkan backend aplikasi dengan menghilangkan kebutuhan untuk mengelola server secara langsung. Dengan keuntungan seperti tanpa manajemen server, skalabilitas otomatis, dan biaya berbasis penggunaan, serverless architecture dapat meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya operasional. Namun, ada juga tantangan seperti cold start, pengujian, dan vendor lock-in yang perlu dipertimbangkan. Memahami kelebihan dan tantangan serverless architecture dapat membantu Anda memutuskan apakah ini adalah solusi yang tepat untuk aplikasi backend Anda.

Load More Related Articles
Load More By zulkarnain
Load More In Artikel

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Check Also

Masa Depan Backend: Tren dan Teknologi Baru

Pengembangan backend adalah bagian penting dari setiap aplikasi modern, dan teknologi sert…