Home Artikel Pengenalan Mikroservis dalam Arsitektur Aplikasi

Pengenalan Mikroservis dalam Arsitektur Aplikasi

10 min read
0
0
19

Mikroservis adalah pendekatan arsitektur yang memecah aplikasi besar dan kompleks menjadi layanan-layanan kecil yang berdiri sendiri. Setiap layanan atau “servis” di dalam mikroservis memiliki tanggung jawab untuk menjalankan satu fungsi bisnis tertentu dan dapat dikembangkan, diuji, serta dikelola secara independen. Pendekatan ini memungkinkan pengembangan yang lebih fleksibel, responsif, dan skalabel, sehingga semakin populer di kalangan perusahaan teknologi modern.


Apa Itu Mikroservis?

Mikroservis adalah pola arsitektur perangkat lunak di mana aplikasi dibangun sebagai kumpulan layanan kecil yang independen. Setiap layanan dapat di-deploy secara mandiri dan biasanya diatur oleh tim pengembangan yang terpisah. Tidak seperti monolit, di mana semua komponen aplikasi digabungkan ke dalam satu unit, dalam arsitektur mikroservis, setiap layanan berkomunikasi satu sama lain melalui API yang terdefinisi dengan baik, seperti HTTP REST atau gRPC.


Karakteristik Mikroservis

  1. Desain Terpisah: Setiap komponen atau servis di dalam mikroservis berdiri sendiri dan bertanggung jawab atas fungsi spesifik. Misalnya, satu servis bisa menangani manajemen pengguna, sementara yang lain menangani pembayaran.
  2. Pengembangan dan Deployment Mandiri: Mikroservis memungkinkan pengembangan, testing, dan deployment secara independen, tanpa perlu mempengaruhi bagian lain dari aplikasi. Ini sangat memudahkan tim pengembangan yang terpisah untuk bekerja tanpa harus menunggu bagian lain selesai.
  3. Skalabilitas: Setiap servis dalam arsitektur mikroservis dapat diskalakan secara terpisah sesuai dengan kebutuhan beban kerjanya. Sebagai contoh, jika modul manajemen produk pada aplikasi e-commerce memiliki lalu lintas yang lebih tinggi dibandingkan modul pembayaran, maka hanya modul tersebut yang perlu diskalakan.
  4. Komunikasi melalui API: Mikroservis menggunakan protokol komunikasi berbasis jaringan, seperti HTTP/REST, gRPC, atau pesan melalui broker seperti RabbitMQ dan Kafka. Komunikasi ini mempermudah koordinasi antar layanan yang berbeda.
  5. Otonomi Data: Setiap mikroservis biasanya memiliki basis data atau penyimpanan datanya sendiri, sehingga tidak ada ketergantungan langsung pada satu sumber data sentral. Ini memberikan fleksibilitas lebih dalam pemilihan teknologi penyimpanan yang paling sesuai untuk setiap servis.

Keuntungan Mikroservis

  1. Fleksibilitas Pengembangan: Dengan pendekatan mikroservis, tim pengembangan dapat memilih teknologi yang paling sesuai untuk layanan tertentu. Sebagai contoh, satu tim dapat menggunakan Node.js untuk satu servis, sementara tim lain menggunakan Python untuk servis lainnya, selama mereka berkomunikasi melalui API yang disepakati.
  2. Skalabilitas Lebih Mudah: Setiap mikroservis dapat di-deploy dan di-scale secara mandiri. Artinya, jika salah satu komponen mengalami lonjakan permintaan, hanya komponen itu yang perlu ditingkatkan skalanya, tanpa harus memperbesar seluruh aplikasi.
  3. Pengembangan Lebih Cepat: Mikroservis memungkinkan tim yang lebih kecil untuk mengelola layanan mereka secara independen, yang dapat mempercepat siklus pengembangan. Dengan terus berinovasi secara paralel, organisasi dapat lebih cepat merespon perubahan pasar.
  4. Reliabilitas Lebih Tinggi: Dalam arsitektur mikroservis, kegagalan pada satu layanan tidak serta merta menyebabkan kegagalan seluruh aplikasi. Layanan yang lain dapat terus beroperasi meskipun satu servis mengalami gangguan.
  5. Kemudahan Pemeliharaan: Karena setiap mikroservis bersifat modular, melakukan perubahan atau menambahkan fitur baru lebih mudah tanpa mempengaruhi keseluruhan sistem. Pembaruan bisa dilakukan pada satu servis tanpa mempengaruhi yang lain.

Tantangan dalam Mikroservis

  1. Kompleksitas Operasional: Meskipun mikroservis menawarkan banyak fleksibilitas, mereka juga menambah kompleksitas operasional, terutama dalam hal manajemen dan monitoring banyak layanan yang saling berhubungan.
  2. Komunikasi Antar Layanan: Karena mikroservis berkomunikasi melalui jaringan, latensi jaringan dan kesalahan dalam komunikasi bisa menjadi masalah. Developer perlu mempertimbangkan cara untuk menangani kegagalan, latensi, dan keamanan saat membangun komunikasi antar servis.
  3. Pengelolaan Data yang Terpisah: Karena setiap servis mungkin memiliki database terpisah, pengelolaan transaksi dan konsistensi data lintas servis menjadi tantangan tersendiri, terutama untuk operasi yang memerlukan atomisitas (ACID).
  4. Monitoring dan Debugging: Karena terdiri dari banyak layanan yang independen, melakukan monitoring dan debugging dalam sistem mikroservis menjadi lebih sulit dibandingkan arsitektur monolit. Perlu adanya alat monitoring dan logging yang kuat untuk mengawasi setiap komponen dan interaksinya.
  5. Keamanan: Setiap mikroservis perlu dilindungi dengan autentikasi dan otorisasi yang baik, serta perlindungan terhadap serangan jaringan. Dengan banyaknya layanan, permukaan serangan juga meningkat, sehingga membutuhkan strategi keamanan yang lebih menyeluruh.

Contoh Kasus Penggunaan Mikroservis

  1. Netflix: Netflix mengadopsi arsitektur mikroservis untuk menangani jutaan pelanggan di seluruh dunia. Dengan mikroservis, mereka dapat mengelola berbagai fungsi seperti streaming video, rekomendasi konten, manajemen pengguna, dan penagihan secara terpisah. Hal ini memungkinkan mereka untuk terus memperbarui dan meningkatkan layanan tanpa harus menghentikan seluruh sistem.
  2. Amazon: Amazon menggunakan mikroservis untuk mengelola berbagai aspek bisnisnya, seperti pengelolaan produk, manajemen pesanan, pembayaran, dan pengiriman. Setiap modul berfungsi sebagai servis yang independen, sehingga Amazon dapat diskalakan dengan cepat sesuai permintaan konsumen.
  3. Uber: Uber juga memanfaatkan arsitektur mikroservis untuk mengelola aplikasi ride-hailing mereka. Mulai dari penentuan rute, pencocokan driver, hingga pembayaran, setiap layanan dikelola secara mandiri sehingga memberikan pengalaman yang mulus dan responsif kepada pengguna.

Tools untuk Mikroservis

  1. Kubernetes: Platform orkestrasi kontainer yang membantu mengelola dan menskalakan aplikasi mikroservis secara otomatis.
  2. Docker: Teknologi kontainerisasi yang memungkinkan aplikasi dan mikroservis dijalankan dalam lingkungan yang terisolasi.
  3. Istio: Mesh layanan yang membantu mengelola, mengamankan, dan memonitor komunikasi antar mikroservis.
  4. Spring Boot: Framework untuk pengembangan mikroservis di ekosistem Java.
  5. Consul: Alat untuk service discovery dan pengelolaan konfigurasi layanan dalam sistem mikroservis.

Kesimpulan

Arsitektur mikroservis menawarkan fleksibilitas, skalabilitas, dan kecepatan dalam pengembangan aplikasi modern. Meskipun lebih kompleks dalam hal operasional dan pengelolaan data, pendekatan ini memungkinkan organisasi untuk membangun aplikasi yang tangguh dan responsif terhadap perubahan. Untuk memaksimalkan potensi mikroservis, diperlukan alat dan praktik yang tepat untuk mengelola, mengamankan, dan menskalakan layanan dengan efisien.

Load More Related Articles
Load More By habibie
Load More In Artikel

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Check Also

Keunggulan dan Tantangan Teknologi Deep Learning dalam Industri

Deep Learning adalah cabang dari machine learning yang menggunakan jaringan saraf tiruan (…