Home Berita AS dan Rusia Makin Panas, Biden Peringatkan Putin Soal Navalny

AS dan Rusia Makin Panas, Biden Peringatkan Putin Soal Navalny

4 min read
0
0
245
Ilustrasi
publiksultra.id – Perselisihan Rusia dan Amerika Serikat  kian memanas, terutama mengenai pemimpin oposisi Rusia Alexei Navalny. Pemerintahan Presiden Joe Biden memperingatkan Rusia untuk tidak membiarkan Navalny mati dalam tahanan.
“Kami telah mengkomunikasikan kepada pemerintah Rusia bahwa apa yang terjadi pada Navalny dalam tahanan mereka adalah tanggung jawab mereka dan mereka akan dimintai pertanggungjawaban oleh komunitas internasional,” kata Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan pada Minggu (18/4/2021), dikutip dari CNBC International.
Baca Juga : Pelantikan Presiden AS, Jokowi Ucapkan Selamat pada Joe Biden
“Kami sudah komunikasikan bahwa akan ada konsekuensi jika Pak Navalny meninggal,” tambahnya.
Laporan Associated Press (AP News) menuliskan seorang juru bicara Navalny mengatakan bahwa kesehatan pemimpin opisisi telah memburuk sejak penahanannya. Navalny memulai mogok makan untuk memaksa para sipir memberikan akses ke perawatan medis luar untuk nyeri di punggung dan kakinya.
Sementara seorang pengacara untuk Navalny mengatakan dia menderita dua hernia tulang belakang.
Pihak berwenang Rusia sebelumnya mengatakan mereka sudah menawarkan perawatan medis yang layak kepada Navalny tetapi dia terus menolaknya. Penjara telah menolak untuk mengizinkan dokter pilihan Navalny dari luar fasilitas untuk mengelola perawatannya.
Pada Sabtu (17/4/2021), mengutip CNBC Indonesia, dokter Yaroslav Ashikhmin mengatakan bahwa hasil tes yang dia terima dari keluarga Navalny menunjukkan bahwa kritikus tersebut telah meningkatkan kadar kalium, yang dapat memicu serangan jantung. Navalny juga memiliki kadar kreatinin yang meningkat yang mengindikasikan potensi gagal ginjal.
“Pasien kami bisa meninggal kapan saja,” kata Ashikhmin dalam sebuah posting Facebook.
Navalny, yang merupakan kritikus nomor satu Presiden Rusia Vladimir Vladimirovich Putin, sempat keracunan zat syaraf pada Agustus 2020 lalu. Akibatnya Navalny harus melakukan pengobatan di Berlin, Jerman. AS menyebut Pemerintahan Rusia saat ini merupakan dalang dibalik insiden tersebut.
Kecurigaan AS semakin menguat saat Navalny ditangkap saat kembali ke Rusia pada awal tahun 2021. Ia ditangkap pihak berwenang saat pemeriksaan paspor dan kemudian dijatuhi hukuman penjara lebih dari dua tahun.
Maret lalu, AS menjatuhkan sanksi kepada tujuh anggota pemerintah Rusia atas dugaan keracunan dan penahanan Navalny. Sanksi tersebut adalah yang pertama menargetkan Moskow di bawah kepemimpinan Biden. Pemerintahan Trump sebelumnya tidak mengambil tindakan terhadap Rusia atas situasi Navalny.
Di sisi lain, Kremlin berulang kali membantah berperan dalam kasus keracunan Navalny. Putin juga sempat menawarkan untuk mengadakan pembicaraan virtual dengan Biden setelah pemimpin Amerika itu menyebutkannya sebagai pembunuh dalam kasus keracunan Navalny. (*)
Editor : Rahma Nurjana | Sumber : CNBC Indonesia
Load More Related Articles
Load More By Publik Sultra
Load More In Berita

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Check Also

10 Tools Security Assessment untuk Audit Keamanan Informasi

Pendahuluan Pengantar Penting bagi para profesional keamanan informasi untuk menguasai sej…