Mengapa IoT Rentan terhadap Ancaman Keamanan?

Internet of Things (IoT) merujuk pada jaringan perangkat fisik yang saling terhubung—seperti kamera CCTV, sensor, smart meter, mesin industri, hingga perangkat medis. Namun, di balik manfaatnya, IoT menyimpan banyak risiko keamanan:

  • Kurangnya proteksi bawaan
    Banyak perangkat IoT tidak dilengkapi sistem keamanan yang kuat.

  • Kesulitan pembaruan firmware
    Tidak semua perangkat mendukung update keamanan secara rutin.

  • Jumlah perangkat yang sangat banyak
    Sulit dikelola secara manual, terutama jika tersebar di banyak lokasi.

  • Koneksi terus-menerus ke internet
    Menjadi pintu masuk potensial bagi penyerang ke jaringan internal.

Mengapa Zero Trust Dibutuhkan untuk IoT?

Zero Trust adalah pendekatan keamanan berbasis prinsip:

“Jangan percaya siapa pun atau apa pun secara otomatis—selalu verifikasi terlebih dahulu.”

Dalam konteks IoT, Zero Trust berarti:

  • Tidak ada perangkat IoT yang dipercaya secara default, meski berasal dari dalam jaringan.

  • Setiap koneksi, komunikasi, dan tindakan harus divalidasi dan diawasi.

Tantangan Zero Trust dalam IoT

1. Kurangnya Identitas Perangkat yang Kuat

Banyak perangkat IoT tidak memiliki mekanisme autentikasi yang baik. Tanpa identitas yang jelas, sulit menerapkan kontrol akses yang presisi.

2. Skalabilitas dan Kompleksitas

Jaringan IoT bisa terdiri dari ribuan perangkat. Mengelola izin akses dan keamanan setiap perangkat secara manual tidak praktis.

3. Sumber Daya Terbatas

Banyak perangkat IoT memiliki prosesor dan memori terbatas, sehingga sulit menjalankan protokol keamanan berat (seperti enkripsi kompleks atau autentikasi multi-faktor).

4. Tidak Kompatibel dengan Solusi Keamanan Tradisional

Sistem keamanan konvensional (seperti antivirus atau firewall) sering tidak bisa dipasang langsung di perangkat IoT.

Solusi Zero Trust untuk Lingkungan IoT

 1. Identitas Perangkat yang Unik dan Aman

  • Gunakan sertifikat digital atau identitas berbasis chip (TPM) untuk memastikan setiap perangkat memiliki “tanda pengenal” yang tidak bisa dipalsukan.

 2. Segmentasi Jaringan (Micro-Segmentation)

  • Pisahkan perangkat IoT ke dalam segmen jaringan khusus.

  • Jika satu perangkat diretas, penyebaran ke perangkat lain bisa dicegah.

 3. Zero Trust Network Access (ZTNA) untuk IoT

  • Gunakan kontrol akses berbasis identitas perangkat + konteks (misalnya: jenis perangkat, lokasi, waktu koneksi).

  • Akses diberikan hanya ke layanan yang dibutuhkan, bukan ke seluruh jaringan.

 4. Pemantauan dan Analisis Perilaku Perangkat

  • Gunakan AI/ML untuk mengenali pola aktivitas normal dan mendeteksi anomali.

  • Jika perangkat tiba-tiba mengirim data ke luar negeri atau melakukan aktivitas tidak biasa, langsung dibatasi.

 5. Pembaruan Firmware yang Aman dan Teratur

  • Pastikan perangkat IoT mendukung secure OTA (over-the-air update).

  • Jadwalkan pembaruan keamanan secara rutin dan terkontrol.

Contoh Nyata: Zero Trust untuk Smart Building

Di sebuah gedung pintar, ratusan sensor suhu, kamera CCTV, dan sistem kontrol akses digunakan. Dengan Zero Trust:

  • Masing-masing perangkat diberi sertifikat unik saat onboarding

  • Semua perangkat dipisahkan dalam VLAN berdasarkan fungsi

  • Aktivitas perangkat dimonitor terus-menerus

  • Jika ada kamera mencoba mengakses sistem HVAC (yang tidak seharusnya), koneksi langsung diputus

Hasilnya:
Tidak ada insiden kebocoran data
 Serangan malware berhasil dicegah saat masuk lewat perangkat IoT lama

Kesimpulan

Zero Trust dalam lingkungan IoT bukan hanya relevan, tetapi krusial. Dengan miliaran perangkat terhubung ke internet, model keamanan lama yang berbasis kepercayaan sudah tidak memadai lagi.

Zero Trust menjadikan setiap perangkat IoT sebagai entitas yang harus dibuktikan, diawasi, dan dikendalikan.

Dengan menerapkan identitas yang kuat, segmentasi, serta pengawasan aktif, organisasi dapat mengamankan ekosistem IoT mereka tanpa mengorbankan efisiensi dan inovasi.

Penulis : Alfira Melani Putri

Nim : 23156201006

Jurusan : Sistem Komputer STMIK Catur Sakti Kenda