Bingung membedakan Threat Hunting dan Threat Intelligence? Jangan khawatir! Artikel ini menjelaskan kedua strategi keamanan siber ini dengan analogi sederhana yang mudah dipahami.

Pernahkah Anda membayangkan perang antara polisi dan penjahat? Polisi tidak hanya menunggu laporan kejahatan (reaktif), tetapi juga melakukan patroli dan penyelidikan proaktif untuk mencegah kejahatan sebelum terjadi. Di dunia siber, Threat Hunting dan Threat Intelligence adalah dua strategi yang mirip dengan konsep ini.

Banyak orang mengira kedua istilah ini sama atau saling menggantikan. Faktanya, mereka sangat berbeda tetapi saling melengkapi. Mari kita bahas dengan bahasa yang sederhana.

1. Threat Intelligence: “Peta” untuk Memahami Ancaman

Bayangkan Anda akan melakukan perjalanan ke hutan yang berbahaya. Sebelum masuk, Anda membutuhkan peta yang menunjukkan daerah rawan, jenis binatang buas, dan tips menghindari bahaya. Threat Intelligence (TI) adalah “peta” ini di dunia siber.

Apa itu Threat Intelligence?
TI adalah informasi tentang ancaman siber yang telah dikumpulkan, diolah, dan dianalisis menjadi laporan yang mudah dimengerti. Tujuannya adalah memberikan peringatan dini dan konteks tentang ancaman yang mungkin menargetkan organisasi Anda.

Contoh sederhana:

  • TI memberi tahu Anda bahwa ada grup peretas yang sedang menargetkan perusahaan perbankan dengan teknik phishing tertentu.

  • TI memberikan daftar alamat IP berbahaya yang harus diwaspadai.

Analogi:
TI seperti laporan cuaca yang memprediksi badai akan datang. Anda tahu badai itu ada, tetapi Anda belum tentu tahu dampaknya terhadap rumah Anda secara spesifik.

2. Threat Hunting: “Berburu” Ancaman yang Bersembunyi

Sekarang, Anda sudah memiliki peta (TI) yang menunjukkan adanya bahaya di hutan. Threat Hunting adalah proses proaktif dimana Anda secara aktif masuk ke hutan (jaringan Anda) untuk mencari ancaman yang mungkin sudah bersembunyi di dalamnya.

Apa itu Threat Hunting?
Threat Hunting adalah kegiatan mencari ancaman yang telah berhasil menyusup ke dalam jaringan dan lolos dari deteksi tool keamanan biasa (seperti firewall atau antivirus). Para hunter (pemburu) tidak menunggu alarm berbunyi; mereka berasumsi bahwa ancaman sudah ada di dalam dan secara aktif mencarinya.

Contoh sederhana:

  • Seorang hunter mungkin memiliki hipotesis: “Apakah ada malware yang bersembunyi di sistem kita?”

  • Mereka kemudian menyelidiki data jaringan untuk mencari pola mencurigakan yang tidak terdeteksi oleh tool otomatis.

Analogi:
Threat Hunting seperti polisi yang melakukan patroli di daerah rawan kejahatan. Mereka tidak menunggu laporan, tetapi actively mencari tanda-tanda kejahatan.

3. Perbandingan: Threat Intelligence vs. Threat Hunting

Aspek Threat Intelligence (TI) Threat Hunting
Sifat Menyediakan informasi tentang ancaman eksternal Secara aktif mencari ancaman di dalam jaringan
Tujuan Memberikan peringatan dini dan konteks Menemukan ancaman yang lolos dari deteksi
Contoh Output Laporan tentang grup peretas, daftar IP jahat Temuan malware tersembunyi, aktivitas mencurigakan
Analogi Peta dan laporan cuaca Patroli dan penyelidikan proaktif

4. Bukan “VS”, Tetapi “Kemitraan”

Threat Intelligence dan Threat Hunting bukanlah dua hal yang bersaing. Mereka adalah mitra yang saling melengkapi:

  • TI memberi bahan untuk Hunting: Tanpa TI, hunter tidak tahu apa yang harus dicari. TI memberikan petunjuk tentang teknik terbaru yang digunakan peretas.

  • Hunting memperkaya TI: Temuan dari hunting (seperti teknik baru yang ditemukan) dapat ditambahkan ke dalam database TI untuk memperkuat pertahanan di masa depan.

Contoh kolaborasi:

  1. TI melaporkan bahwa ada serangan phishing baru yang menargetkan karyawan.

  2. Hunter menggunakan informasi ini untuk memeriksa apakah ada email mencurigakan yang berhasil lolos ke inbox karyawan.

  3. Jika hunter menemukan sesuatu, mereka dapat memblokir ancaman dan memperbarui sistem deteksi berdasarkan temuan mereka.

5. Studi Kasus: Menghentikan Ransomware

Sebuah perusahaan menerima laporan Threat Intelligence tentang ransomware baru yang menyebar melalui email. Tim TI memberikan daftar tanda-tanda (IoC) seperti alamat IP dan domain berbahaya.

Berdasarkan informasi ini, tim Threat Hunting melakukan penyelidikan:

  • Mereka memeriksa log email untuk mencari pesan yang mencurigakan.

  • Mereka menemukan bahwa satu karyawan telah mengklik link berbahaya, tetapi malware belum diaktifkan.

  • Tim segera mengisolasi komputer tersebut dan mencegah serangan sebelum terjadi.

Hasilnya: Perusahaan berhasil menghindari kerugian besar berkat kombinasi TI dan Threat Hunting.

6. Kesimpulan: Membangun Pertahanan yang Proaktif

  • Threat Intelligence adalah tentang pengetahuan: memahami ancaman dari luar.

  • Threat Hunting adalah tentang tindakan: secara aktif mencari ancaman di dalam jaringan.

Keduanya sangat penting untuk keamanan siber yang efektif. Tanpa TI, Threat Hunting seperti berburu tanpa petunjuk. Tanpa Hunting, TI hanya menjadi laporan yang tidak ditindaklanjuti.

Langkah selanjutnya:

  • Jika organisasi Anda sudah menggunakan Threat Intelligence, coba mulai eksperimen dengan Threat Hunting sederhana.

  • Jika Anda sudah melakukan Hunting, pastikan Anda memanfaatkan Threat Intelligence untuk membimbing penyelidikan Anda.

Dengan menggabungkan kedua strategi ini, Anda dapat membangun pertahanan siber yang tidak hanya reaktif, tetapi juga proaktif!