I. Pendahuluan

Aplikasi web kini menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari. Kita menggunakannya untuk bekerja, berbelanja, belajar, bahkan berinteraksi sosial. Tapi, di balik kenyamanan itu, ada risiko keamanan yang bisa menyerang kapan saja. Salah satunya adalah Cross Site Scripting atau XSS.

Serangan XSS merupakan salah satu celah keamanan yang paling umum terjadi pada aplikasi web. Walaupun sudah banyak dipelajari dan diketahui, XSS tetap menjadi masalah karena bisa terjadi bahkan di aplikasi besar sekalipun. Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang bagaimana serangan XSS terjadi, jenis-jenisnya, contoh kasus, dampaknya, serta bagaimana cara mencegahnya.

II. Pengertian dan Prinsip Dasar XSS

Cross Site Scripting (XSS) adalah serangan yang memungkinkan penyerang menyisipkan kode berbahaya, biasanya dalam bentuk JavaScript, ke dalam sebuah halaman web. Saat pengguna membuka halaman tersebut, kode itu akan dijalankan secara otomatis di browser mereka, tanpa mereka sadari.

XSS pertama kali muncul pada akhir tahun 1990-an, ketika aplikasi web mulai tumbuh dengan cepat. Meskipun banyak teknologi baru bermunculan, serangan XSS masih sering terjadi hingga sekarang, karena banyak pengembang yang kurang memperhatikan validasi input dan keamanan pengguna.

Prinsip utama dari XSS adalah memanfaatkan celah pada input pengguna yang tidak diperiksa atau difilter dengan baik. Celah ini kemudian digunakan untuk menjalankan skrip yang bisa mencuri data, mengubah tampilan halaman, atau mengarahkan pengguna ke situs berbahaya.

III. Klasifikasi Jenis Serangan XSS

  1. Stored XSS (Tersimpan)
    Stored XSS terjadi saat skrip berbahaya disimpan di server, misalnya di kolom komentar, forum, atau profil pengguna. Ketika orang lain membuka halaman itu, skrip otomatis dijalankan. Jenis ini berbahaya karena dampaknya bisa berlangsung lama.

  2. Reflected XSS (Dipantulkan)
    Reflected XSS terjadi ketika data berbahaya dikirim lewat URL atau formulir, lalu langsung dipantulkan kembali ke halaman tanpa disimpan. Ini sering terjadi di halaman pencarian atau login. Skrip hanya dijalankan jika pengguna membuka tautan tertentu.

  3. DOM-Based XSS
    DOM-Based XSS terjadi di sisi klien (browser), tanpa keterlibatan server. Serangan ini memanfaatkan JavaScript di browser yang memproses input tanpa filter. Jenis ini sering ditemukan di aplikasi web modern yang banyak menggunakan JavaScript, seperti aplikasi satu halaman (SPA).

IV. Tahapan Serangan XSS dalam Aplikasi Web

Pertama, penyerang mencari celah input yang tidak aman, seperti kolom komentar atau form pencarian. Setelah menemukan celah, penyerang menyisipkan kode berbahaya seperti:

html
<script>alert('Anda kena XSS!');</script>

Jika kode itu tidak dibersihkan oleh sistem, maka akan muncul dan berjalan saat pengguna lain membuka halaman tersebut. Kode bisa dibuat lebih kompleks, misalnya untuk mencuri cookie, data pribadi, atau mengirimkan informasi ke server milik penyerang.

V. Studi Kasus Serangan XSS pada Aplikasi Nyata

Beberapa aplikasi besar pernah mengalami serangan XSS. Misalnya:

  • Twitter pernah mengalami serangan XSS di fitur retweet, di mana pengguna bisa menyisipkan JavaScript di dalam tweet. Ketika pengguna lain membuka tweet itu, skrip langsung dijalankan.

  • eBay, situs jual beli online, juga sempat memiliki celah XSS di deskripsi produk. Penjual nakal bisa menyisipkan skrip untuk mencuri informasi dari pembeli.

Dari dua contoh ini, kita bisa melihat bahwa celah kecil bisa memberikan dampak besar. Untungnya, kedua perusahaan itu segera menutup celah tersebut dan memperbarui sistem keamanannya.

VI. Dampak Serangan XSS

XSS bisa memberikan berbagai dampak buruk, antara lain:

  • Pencurian data pengguna, seperti cookie login atau informasi pribadi

  • Pengambilalihan akun, terutama jika cookie sesi berhasil dicuri

  • Pengalihan ke situs palsu, yang bisa digunakan untuk penipuan (phishing)

  • Kerusakan reputasi perusahaan, karena pengguna kehilangan kepercayaan

  • Sanksi hukum, jika serangan XSS menyebabkan kebocoran data pelanggan dan melanggar aturan perlindungan data seperti GDPR

VII. Strategi Pencegahan dalam Pengembangan Aplikasi Web

Untuk melindungi aplikasi web dari XSS, berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan:

  • Validasi dan sanitasi input
    Pastikan semua input dari pengguna diperiksa dan dibersihkan dari karakter yang berbahaya seperti <, >, " dan '.

  • Escaping output
    Saat menampilkan data dari pengguna, pastikan karakter khusus tidak bisa dijalankan sebagai kode. Ini penting saat menampilkan data di HTML, JavaScript, atau URL.

  • Gunakan Content Security Policy (CSP)
    CSP adalah pengaturan keamanan yang membatasi skrip yang bisa dijalankan di browser pengguna. Ini membantu mencegah skrip asing berjalan.

  • Pilih framework yang aman
    Gunakan framework seperti React atau Angular yang secara default menghindari XSS. Framework ini biasanya sudah dilengkapi dengan fitur keamanan bawaan.

  • Lakukan pengujian keamanan secara berkala
    Gunakan alat seperti OWASP ZAP atau Burp Suite untuk mencari potensi XSS di aplikasi. Audit keamanan secara berkala juga sangat dianjurkan.

VIII. Kesimpulan

Cross Site Scripting (XSS) masih menjadi ancaman nyata dalam pengembangan aplikasi web. Meski sudah lama dikenal, serangan ini tetap sering terjadi karena masih banyak website yang kurang aman dalam menangani input pengguna.

Studi kasus membuktikan bahwa bahkan perusahaan besar pun bisa terkena jika lengah. Oleh karena itu, penting bagi pengembang untuk memahami cara kerja XSS dan menerapkan langkah-langkah pencegahan sejak awal proses pembuatan aplikasi.

Dengan keamanan yang baik, kita bisa memberikan pengalaman yang aman dan nyaman bagi semua pengguna.

NAMA: AISYA

NIM: 23156201029

PRODI: SISTEM KOMPUTER