Pendahuluan

Di era digital saat ini, serangan siber semakin sering terjadi dan semakin kompleks. Tidak ada satu organisasi pun yang bisa merasa benar-benar aman. Karena itu, kolaborasi menjadi kunci. Salah satu bentuk kolaborasi yang penting adalah berbagi informasi ancaman, atau yang dikenal dengan istilah threat intelligence sharing. Untuk mendukung hal ini, hadir berbagai tools yang membantu organisasi saling berbagi data ancaman dengan lebih mudah dan terstruktur. Dua yang paling populer adalah MISP dan OpenCTI.

Apa itu Threat Intelligence Sharing?

Threat intelligence sharing adalah kegiatan berbagi informasi terkait ancaman siber, seperti malware, phishing, atau serangan lainnya. Tujuannya sederhana: agar setiap organisasi bisa belajar dari pengalaman orang lain dan lebih siap menghadapi ancaman serupa. Dengan berbagi, waktu deteksi bisa lebih cepat, respon lebih tepat, dan serangan bisa dicegah sebelum menyebar lebih luas.

Mengenal MISP

MISP atau Malware Information Sharing Platform adalah platform open source yang digunakan banyak organisasi di seluruh dunia untuk berbagi data ancaman. Dengan MISP, informasi ancaman dapat dikumpulkan, disimpan, dan dibagikan menggunakan format standar seperti STIX dan TAXII, sehingga mudah dipahami oleh sistem keamanan lainnya. Salah satu kekuatan MISP adalah komunitasnya yang besar, sehingga data ancaman yang tersedia bisa sangat kaya.

Mengenal OpenCTI

OpenCTI atau Open Cyber Threat Intelligence Platform adalah platform lain yang juga sangat populer. Bedanya, OpenCTI lebih menekankan pada analisis hubungan antar ancaman. Platform ini memungkinkan tim keamanan untuk memvisualisasikan bagaimana satu ancaman berhubungan dengan ancaman lain, siapa aktor di baliknya, dan apa motivasinya. Selain itu, OpenCTI bisa diintegrasikan dengan berbagai sumber data, sehingga analisis menjadi lebih lengkap.

MISP vs OpenCTI

MISP lebih cocok digunakan untuk mengumpulkan dan membagikan indikator ancaman secara cepat dan terstruktur. Sementara itu, OpenCTI lebih unggul dalam hal analisis mendalam dan pemetaan ancaman. Namun, keduanya bukan untuk dibandingkan semata, karena justru bisa saling melengkapi. Banyak organisasi yang menggunakan MISP untuk berbagi data, lalu menghubungkannya ke OpenCTI untuk analisis lanjutan.

Studi Kasus

Beberapa organisasi besar sudah memanfaatkan MISP untuk berbagi informasi dengan mitra atau komunitasnya, sehingga ketika ada serangan baru, informasi bisa segera diteruskan dan mitigasi dilakukan lebih cepat. Sementara itu, tim SOC (Security Operations Center) banyak menggunakan OpenCTI untuk memetakan kampanye serangan dan memahami pola lawan, sehingga strategi pertahanan bisa lebih efektif.

Tantangan dan Best Practices

Meski tools sudah tersedia, threat intelligence sharing tetap punya tantangan. Ada masalah kepercayaan, kerahasiaan data, hingga kesulitan integrasi antar sistem. Untuk mengatasinya, organisasi perlu mengikuti standar internasional, menjaga agar data sensitif tetap aman, dan membangun budaya kolaborasi yang sehat.

Kesimpulan

MISP dan OpenCTI adalah dua alat penting yang membantu organisasi dalam berbagi dan menganalisis informasi ancaman. Dengan memanfaatkannya, organisasi tidak hanya melindungi dirinya sendiri, tetapi juga membantu komunitas yang lebih luas. Di tengah dunia siber yang penuh risiko, kolaborasi seperti ini menjadi salah satu senjata terbaik.