Pendahuluan

Di era digital, banyak kejahatan dilakukan melalui komputer, internet, dan smartphone. Untuk menyelidikinya, penyidik perlu mengumpulkan bukti digital seperti file, pesan, email, log aktivitas, atau data dari media sosial.

Namun, tidak semua bukti bisa langsung digunakan di pengadilan. Ada aturan hukum yang harus dipatuhi agar bukti tersebut dianggap sah dan bisa diterima secara hukum.

Artikel ini menjelaskan bagaimana cara mengumpulkan bukti digital yang sah di mata hukum dengan bahasa yang mudah dipahami.

Apa Itu Bukti Digital?

Bukti digital adalah segala jenis informasi atau data yang tersimpan di perangkat elektronik dan dapat digunakan untuk membuktikan sesuatu dalam penyelidikan hukum.

Contoh:

  • Chat WhatsApp
  • Log aktivitas komputer
  • File yang dihapus
  • Email, foto, atau video
  • Data dari cloud atau media sosial

Mengapa Harus Sah di Mata Hukum?

Jika bukti diambil tanpa izin atau melanggar prosedur hukum, maka:

  • Bukti bisa ditolak oleh hakim.
  • Penyidik bisa dianggap melanggar privasi atau hukum.
  • Pelaku bisa bebas karena bukti dianggap tidak sah.

Metode Pengumpulan Bukti Digital yang Sah

1. Memiliki Izin Hukum (Surat Perintah)

Sebelum mengakses data pribadi seseorang (seperti laptop atau akun email), penyidik harus punya izin resmi, seperti:

  • Surat perintah dari pengadilan
  • Persetujuan tertulis dari pemilik perangkat

🔒 Tanpa surat izin, pengambilan data bisa dianggap melanggar hukum.

2. Menggunakan Metode Forensik yang Benar

Pengumpulan bukti harus dilakukan dengan cara forensik agar:

  • Data asli tidak rusak
  • Prosesnya bisa dipertanggungjawabkan

🔧 Alat yang sering digunakan:

  • FTK Imager untuk menyalin isi harddisk
  • Cellebrite untuk data dari smartphone
  • Wireshark untuk jaringan
  • Autopsy untuk file komputer

3. Menjaga Keaslian Data (Integrity)

Setiap data yang diambil harus tetap asli dan tidak dimodifikasi. Caranya adalah dengan:

  • Menggunakan hash value (seperti sidik jari digital) untuk membuktikan data tidak berubah.
  • Menyalin data dalam bentuk image file, bukan mengakses langsung.

📌 Contoh: Data disalin dari laptop ke harddisk eksternal, lalu diberi hash MD5 untuk bukti keaslian.

4. Didokumentasikan Secara Rinci

Semua proses pengambilan bukti harus dicatat secara detail, seperti:

  • Siapa yang mengambil data
  • Kapan dan dari mana data diambil
  • Alat apa yang digunakan
  • Apa saja yang ditemukan

📋 Dokumen ini akan digunakan sebagai laporan resmi di pengadilan.

5. Melibatkan Ahli yang Kompeten

Pengambilan dan analisis bukti harus dilakukan oleh orang yang punya kompetensi, misalnya:

  • Ahli digital forensik tersertifikasi
  • Tim penyidik yang dilatih

🎓 Ini penting agar prosesnya profesional dan tidak bias.

Kesalahan Umum yang Harus Dihindari

  • Mengambil bukti dari HP/komputer tanpa izin
  • Mengubah atau mengedit file saat mengaksesnya
  • Tidak membuat backup data asli
  • Tidak mencatat proses pengambilan bukti

🛑 Semua hal di atas bisa membuat bukti tidak sah dan membatalkan penyelidikan.

Kesimpulan

Mengumpulkan bukti digital tidak bisa sembarangan. Harus dilakukan dengan izin hukum, metode forensik yang benar, menjaga keaslian data, serta didokumentasikan dengan lengkap.

Dengan mengikuti prosedur yang sah, bukti digital bisa digunakan dengan kuat di pengadilan untuk mengungkap kebenaran dan menegakkan keadilan.

Nama : Usni pebriyanti dewi makasau

Nim : 23156201036

Jurusan : Sistem Komputer