Pendahuluan
Di era digital sekarang, data menjadi aset yang sangat berharga. Hampir semua aktivitas — mulai dari belanja online, layanan kesehatan, hingga transaksi keuangan — bergantung pada data. Namun, seiring meningkatnya nilai data, ancaman terhadap keamanan data juga ikut naik.
Peretas tidak hanya menargetkan data yang disimpan, tetapi juga data yang sedang dikirim dan diproses oleh sistem.
Untuk memahami bagaimana cara melindungi data secara menyeluruh, kita perlu mengenal tiga tahap penting dalam siklus hidup data, yaitu data at rest, data in transit, dan data in process. Masing-masing memiliki karakteristik dan risiko keamanannya sendiri.
Apa Itu Data at Rest, In Transit, dan In Process?
1. Data at Rest
Data at rest adalah data yang “diam”, yaitu data yang disimpan di media penyimpanan seperti hard drive, server, database, atau cloud storage.
Contohnya seperti file dokumen di komputer kantor, arsip backup di server, atau log aktivitas di sistem cloud.
Meskipun terlihat aman karena tidak berpindah-pindah, data at rest tetap bisa menjadi target pencurian atau kebocoran, terutama jika penyimpanannya tidak dienkripsi.
2. Data in Transit
Data in transit adalah data yang sedang bergerak — dikirim dari satu lokasi ke lokasi lain melalui jaringan, baik internet maupun intranet.
Contohnya adalah saat kamu mengirim email, melakukan transaksi online, atau mengakses aplikasi berbasis cloud.
Pada tahap ini, data bisa disadap oleh pihak yang tidak bertanggung jawab jika tidak dilindungi dengan baik. Karena itu, koneksi yang aman seperti HTTPS atau VPN sangat dibutuhkan untuk menjaga kerahasiaannya.
3. Data in Process
Data in process adalah data yang sedang digunakan oleh sistem atau aplikasi.
Misalnya, ketika server sedang memproses pesanan pelanggan, menghitung total pembayaran, atau menjalankan analisis data.
Tahap ini sering kali diabaikan, padahal data bisa terekspos melalui celah keamanan aplikasi atau sistem operasi.
Risiko Keamanan pada Setiap Tahapan Data
Jenis Data | Risiko Umum | Contoh Serangan |
---|---|---|
Data at Rest | Akses tidak sah, pencurian data, ransomware | Data dicuri dari server atau drive eksternal |
Data in Transit | Penyadapan, manipulasi data | Serangan man-in-the-middle di jaringan publik |
Data in Process | Eksploitasi sistem, kebocoran dari aplikasi | Memory leak, side-channel attack |
Setiap fase data memiliki celah yang bisa dimanfaatkan oleh penyerang. Karena itu, pendekatan keamanan harus diterapkan secara menyeluruh dari awal hingga akhir.
Strategi dan Teknologi Perlindungan
1. Melindungi Data at Rest
-
Gunakan enkripsi seperti AES untuk melindungi file dan database.
-
Batasi akses hanya untuk pengguna yang berwenang.
-
Simpan backup di lokasi yang aman dan juga terenkripsi.
2. Melindungi Data in Transit
-
Gunakan protokol aman seperti HTTPS, SSL/TLS, atau VPN.
-
Hindari jaringan publik tanpa perlindungan.
-
Gunakan sertifikat digital untuk memastikan koneksi tidak dimanipulasi.
3. Melindungi Data in Process
-
Gunakan teknologi confidential computing atau secure enclave untuk mengenkripsi data saat sedang diproses.
-
Terapkan prinsip least privilege, yaitu hanya memberikan hak akses seperlunya.
-
Selalu perbarui sistem dan aplikasi untuk menutup celah keamanan.
Implementasi di Dunia Nyata
Banyak perusahaan besar sudah menerapkan perlindungan pada ketiga fase data ini.
Misalnya, layanan perbankan digital mengenkripsi semua data nasabah (at rest), menggunakan koneksi aman saat transaksi (in transit), dan memproses data di server yang terlindungi (in process).
Begitu juga penyedia cloud seperti AWS, Azure, dan Huawei Cloud, yang menerapkan sistem keamanan berlapis untuk memastikan setiap fase data terlindungi.
Selain itu, mereka juga mematuhi standar internasional seperti ISO 27001, GDPR, atau UU Perlindungan Data Pribadi (PDP).
Kesimpulan
Keamanan data tidak bisa dilihat dari satu sisi saja. Data memiliki tiga fase penting — diam, bergerak, dan diproses — dan semuanya harus dilindungi dengan strategi yang tepat.
Dengan menerapkan enkripsi, pembatasan akses, dan pembaruan sistem secara rutin, organisasi dapat mengurangi risiko kebocoran dan menjaga kepercayaan pengguna.
Karena pada akhirnya, melindungi data berarti melindungi kepercayaan dan reputasi perusahaan.