Pendahuluan
Dalam dunia keamanan siber, peretas tidak hanya berusaha masuk ke dalam sistem, tetapi juga mencari cara untuk berpindah dari satu komputer ke komputer lain dalam jaringan. Teknik ini dikenal sebagai lateral movement. Dengan teknik ini, peretas bisa mengeksplorasi jaringan, mencuri data, atau bahkan mengambil alih sistem tanpa terdeteksi.
Artikel ini akan membahas bagaimana lateral movement bekerja, teknik yang digunakan oleh peretas, serta strategi untuk mencegahnya.
Konsep Dasar Lateral Movement
Lateral movement adalah teknik yang digunakan oleh penyerang untuk berpindah dari satu perangkat ke perangkat lain dalam jaringan setelah mendapatkan akses awal. Tujuannya bisa beragam, seperti mencuri data, meningkatkan hak akses (privilege escalation), atau mempertahankan keberadaan dalam sistem.
Penyerang menggunakan teknik ini karena:
- Mereka ingin menemukan informasi sensitif yang tersebar di beberapa sistem.
- Mereka ingin meningkatkan hak akses agar bisa mengontrol sistem lain.
- Mereka ingin menghindari deteksi dengan tidak hanya mengandalkan satu titik serangan.
Teknik Umum dalam Lateral Movement
Untuk berpindah ke sistem lain dalam jaringan, peretas menggunakan beberapa teknik, di antaranya:
- Credential Dumping: Mengambil kredensial yang tersimpan di dalam memori sistem untuk digunakan kembali.
- Pass-the-Hash / Pass-the-Ticket: Menggunakan hash atau tiket autentikasi yang telah dicuri untuk masuk ke sistem lain tanpa harus mengetahui kata sandi sebenarnya.
- Remote Code Execution (RCE): Mengeksekusi perintah di sistem lain dari jarak jauh.
- SMB Relay dan RDP Hijacking: Memanfaatkan protokol berbagi file atau remote desktop untuk mengakses sistem lain.
- Eksploitasi Active Directory (AD): Menyalahgunakan layanan direktori yang digunakan dalam jaringan perusahaan untuk berpindah ke sistem lain dengan mudah.
Teknik Lateral Movement melalui Segmen Jaringan
Beberapa metode yang digunakan untuk berpindah ke segmen jaringan lain:
- VLAN Hopping: Teknik ini memungkinkan peretas untuk menembus batasan antar VLAN (Virtual Local Area Network). Ada dua cara utama:
- Switch Spoofing: Menyamar sebagai switch yang sah untuk mendapatkan akses ke VLAN lain.
- Double Tagging: Menggunakan dua tag VLAN dalam paket untuk mengecoh switch agar meneruskan data ke VLAN target.
- Pivoting dan Tunneling: Digunakan untuk mengakses sistem di dalam jaringan yang lebih dalam.
- SSH Tunneling: Membuka jalur terenkripsi untuk mengakses sistem lain.
- Proxy Chains: Menggunakan serangkaian proxy untuk menyembunyikan jejak pergerakan.
- VPN Pivoting: Menggunakan VPN untuk mengakses jaringan internal.
- VM Escape: Peretas yang mendapatkan akses ke satu mesin virtual dapat mencoba melompati batas isolasi dan mengendalikan hypervisor atau mesin virtual lainnya.
Studi Kasus Serangan Menggunakan Lateral Movement
- Serangan Advanced Persistent Threats (APT): APT biasanya menggunakan lateral movement untuk bertahan dalam jaringan korban selama berbulan-bulan tanpa terdeteksi.
- Insiden Ransomware: Banyak ransomware modern menggunakan lateral movement untuk mengenkripsi data di banyak komputer dalam jaringan perusahaan.
- Eksploitasi Active Directory: Serangan seperti “Golden Ticket” memungkinkan peretas mengambil alih domain controller dan mendapatkan kendali penuh atas jaringan perusahaan.
Strategi Mitigasi dan Pencegahan
Untuk mencegah lateral movement, perusahaan dan individu dapat menerapkan langkah-langkah berikut:
- Segmentasi Jaringan: Menggunakan Zero Trust Architecture atau mikrosegmentasi untuk membatasi akses antar sistem dalam jaringan.
- Deteksi Anomali dengan SIEM & EDR/XDR: Menggunakan sistem pemantauan keamanan untuk mendeteksi pola pergerakan mencurigakan dalam jaringan.
- Least Privilege Access & MFA: Memberikan akses minimal yang dibutuhkan kepada pengguna dan menerapkan Multi-Factor Authentication (MFA).
- Patching dan Vulnerability Management: Selalu memperbarui sistem dan perangkat lunak untuk menutup celah keamanan yang bisa dieksploitasi oleh peretas.
- Honeytokens dan Deception Technology: Menyebarkan umpan (honeytokens) untuk mendeteksi aktivitas mencurigakan dalam jaringan.
Kesimpulan
Lateral movement adalah teknik yang sangat berbahaya karena memungkinkan peretas untuk berpindah dari satu sistem ke sistem lain tanpa terdeteksi. Dengan memahami bagaimana teknik ini bekerja, kita dapat menerapkan langkah-langkah pencegahan yang lebih baik, seperti segmentasi jaringan, deteksi ancaman yang lebih canggih, serta kebijakan keamanan yang lebih ketat.
Keamanan siber bukan hanya soal mencegah akses awal oleh penyerang, tetapi juga tentang bagaimana mencegah mereka menyebar dalam jaringan. Dengan strategi yang tepat, organisasi dapat memperkecil risiko serangan siber dan melindungi aset digital mereka dengan lebih baik.