Pendahuluan

Multi-Factor Authentication (MFA) adalah metode keamanan yang menggabungkan dua atau lebih bentuk verifikasi identitas pengguna. Tujuan utamanya adalah untuk memastikan bahwa hanya orang yang benar-benar berwenang yang dapat mengakses suatu sistem atau layanan.

Namun, tidak semua orang memahami bahwa dalam MFA terdapat berbagai jenis faktor autentikasi, dan masing-masing memiliki karakteristik serta tingkat keamanan yang berbeda. Artikel ini akan membahas secara rinci jenis-jenis faktor yang digunakan dalam MFA dan peran masing-masing dalam sistem keamanan modern.

Jenis-Jenis Faktor dalam Multi-Factor Authentication

1. Sesuatu yang Diketahui (Knowledge Factor)

Faktor ini melibatkan sesuatu yang hanya diketahui oleh pengguna. Biasanya berupa informasi yang bersifat pribadi dan rahasia.

Contoh:

  • Password atau kata sandi

  • PIN (Personal Identification Number)

  • Jawaban dari pertanyaan keamanan

  • Pola kunci pada perangkat

Meskipun mudah digunakan, faktor ini juga merupakan yang paling rentan, karena bisa dicuri atau ditebak melalui metode rekayasa sosial maupun serangan phishing.

2. Sesuatu yang Dimiliki (Possession Factor)

Faktor ini berkaitan dengan sesuatu yang dimiliki secara fisik atau digital oleh pengguna. Faktor ini sering digunakan sebagai pelengkap dari password.

Contoh:

  • Token fisik atau USB keamanan

  • Kode OTP (One-Time Password) yang dikirim melalui SMS atau email

  • Aplikasi autentikator seperti Google Authenticator, Microsoft Authenticator

  • Kartu akses atau smart card

Faktor ini memberikan perlindungan tambahan karena penyerang juga harus memiliki akses fisik ke perangkat pengguna.

3. Sesuatu yang Melekat (Inherence Factor)

Faktor ini berbasis biometrik, yaitu karakteristik fisik atau biologis pengguna yang unik.

Contoh:

  • Pemindaian sidik jari

  • Pengenalan wajah

  • Retina atau iris mata

  • Pengenalan suara

Biometrik memberikan tingkat keamanan yang tinggi karena sangat sulit dipalsukan atau disalin.

4. Sesuatu yang Dilakukan (Behavioral Factor)

Faktor ini didasarkan pada pola atau perilaku khas pengguna yang dapat diidentifikasi oleh sistem.

Contoh:

  • Cara mengetik di keyboard (keystroke dynamics)

  • Cara menggenggam ponsel

  • Gaya penggunaan perangkat

  • Kecepatan gerakan mouse

Faktor ini masih tergolong baru dan banyak digunakan dalam sistem dengan teknologi keamanan canggih.

5. Faktor Kontekstual atau Lokasi (Contextual Factor)

Faktor ini melihat konteks di mana autentikasi dilakukan. Sistem akan menilai apakah kondisi login sesuai dengan kebiasaan pengguna.

Contoh:

  • Lokasi geografis saat login

  • Alamat IP atau perangkat yang digunakan

  • Waktu login (apakah sesuai dengan waktu normal pengguna?)

Jika sistem mendeteksi adanya ketidakwajaran, seperti login dari negara yang tidak biasa, maka akses bisa ditolak atau diminta verifikasi tambahan.

Kesimpulan

Setiap faktor dalam Multi-Factor Authentication memiliki peran penting dalam menjaga keamanan sistem dan data pengguna. Dengan menggabungkan dua atau lebih faktor dari kategori yang berbeda, sistem dapat meminimalisir risiko akses tidak sah, bahkan jika satu faktor berhasil diretas.

Dalam era digital yang penuh dengan ancaman siber, pemahaman terhadap jenis-jenis faktor autentikasi ini sangat penting, baik bagi pengguna umum maupun profesional IT. Kombinasi yang tepat dari faktor-faktor ini akan memberikan pertahanan yang jauh lebih kuat dibandingkan hanya mengandalkan password semata.

Penulis: Andi Waldiyunso

NIM: 23156201003

Jurusan: Sistem Komputer, STMIK Catur Sakti Kendari