Home Berita Ekonom Sebut Banyak Orang Kaya Mulai ‘Angkat Tangan’, Dua Hal Ini Indikasinya

Ekonom Sebut Banyak Orang Kaya Mulai ‘Angkat Tangan’, Dua Hal Ini Indikasinya

4 min read
0
0
301
ilustrasi

JAKARTA, PUBLIKSULTRA.ID – Fenomena penjualan rumah mewah di kawasan perumahan elite kian banyak ditemukan di penjualan daring. Saat bersamaan tren harga sepeda ‘kelas atas’ seperti Brompton juga sedang hancur-hancuran.

Ada indikasi bahwa banyak orang kaya yang mulai ‘angkat tangan’ dengan menjual aset rumahnya demi menutupi kebutuhan lain seperti bisnis karena hantaman pandemi.

“Mereka banyak yang coba liquid-kan aset, artinya mereka butuh duit saat ini, ini bukan waktu yang tepat untuk menjual aset, karena ekonomi dan harga lagi turun, kecuali sudah kepepet,” kata Wakil Direktur INDEF (Institute for Development of Economics and Finance) Eko Listyanto, dilansir CNBC Indonesia, Rabu (7/7/21).

Baca Juga : Ini Empat Fakta Terkait Penangkapan Nia Ramadhani dan Ardi Bakrie

Pemilik aset kawasan elite lebih mudah menjual karena biasanya aset yang dilego bukan satu-satunya yang menjadi miliknya, tapi justru tidak ditempati. Sebagian pemilik membeli dengan maksud investasi jangka panjang dan berharap adanya kenaikan hingga berkali-kali lipat. Namun, ketika terdesak, maka mengobral rumah dengan harga miring jadi jalan keluar.

“Misal cadangan di perusahaan sudah digunakan, kemudian tetap turun juga, sudah minta restrukturisasi ke bank, tapi restrukturisasi bukan berarti 0, biasanya pilih bayar bunga atau pokoknya dulu, tetap harus ada cash, aliran uang ke bank, nggak henti 100%. Proses itu menuntut orang-orang kaya di sekitar Menteng, Pondok Indah terpaksa harus mencairkan asetnya meski dengan harga di bawah,” sebut Eko.

Saat bersamaan ada trenharga sepeda pun hancur lebur dalam beberapa waktu ke belakang. Pada waktu awal pandemi Covid-19 melanda dan tren bersepeda sedang tinggi, harga sepeda Brompton bisa naik 2x lipat lebih, dari yang semula di kisaran Rp 30 juta menjadi Rp 70 juta. Kini, harganya sudah kembali normal.

Eko menilai penurunan harga terjadi karena tren yang sudah mulai merosot, utamanya setelah memasuki masa PSBB transisi hingga PPKM mikro.

“Daya beli masyarakat agak kembali turun dengan situasi seperti ini, kemarin agak naik dengan dibukanya ekonomi, tapi kasus meningkat tajam, apalagi ada varian Delta. Mungkin sekarang berpikirnya membeli kebutuhan esensial vitamin. Pada akhirnya fenomena yang lahir dari hobi semacam itu ada titik peak-nya, sepertinya sepeda sudah melampaui titik peak tertinggi dari demand masyarakat, sehingga turun kembali ke normal lagi,” sebut Eko.(*)

Editor : Nova Anggraini | Sumber : CNBCindonesia

Load More Related Articles
Load More By Publik Sultra
Load More In Berita

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Check Also

Mengungkap Rahasia Dibalik Teknologi Blockchain

Pendahuluan Pengantar Blockchain adalah teknologi yang semakin populer dan memiliki potens…