BAB 1: Pendahuluan
Dalam dunia keamanan siber, dua istilah yang sering muncul saat terjadi gangguan layanan adalah DoS (Denial of Service) dan DDoS (Distributed Denial of Service). Keduanya sama-sama bertujuan untuk melumpuhkan sistem, membuat website tidak dapat diakses, atau mengacaukan jaringan.
Namun, banyak orang masih keliru membedakan keduanya. Apakah DoS dan DDoS itu sama? Apa perbedaannya? Dan yang lebih penting, mana yang lebih berbahaya?
Artikel ini akan membedah kedua jenis serangan tersebut secara ringkas dan jelas—dari pengertian, cara kerja, dampak, hingga tingkat bahayanya bagi sistem digital masa kini.
BAB 2: Pengertian DoS dan DDoS
Apa itu DoS?
Denial of Service (DoS) adalah jenis serangan siber di mana satu perangkat atau sumber mengirim permintaan berlebihan ke sistem target (misalnya server web), hingga sistem menjadi terlalu sibuk dan tidak bisa melayani permintaan dari pengguna sah.
Apa itu DDoS?
Distributed Denial of Service (DDoS) adalah versi lebih kompleks dari DoS, di mana ribuan perangkat (biasanya botnet) menyerang satu target secara bersamaan. Ini membuat serangan lebih masif, sulit dilacak, dan sangat merusak.
BAB 3: Perbedaan Utama antara DoS dan DDoS
Aspek | DoS | DDoS |
---|---|---|
Jumlah Penyerang | Satu perangkat | Banyak perangkat (terdistribusi) |
Sumber Lalu Lintas | Tunggal | Multisumber, biasanya botnet |
Deteksi | Relatif lebih mudah | Lebih sulit karena berasal dari banyak IP |
Dampak | Lokal (terbatas) | Global (luas dan besar) |
Tingkat Kompleksitas | Rendah | Tinggi |
Tingkat Bahaya | Sedang | Tinggi |
BAB 4: Cara Kerja dan Contoh Serangan
Cara Kerja DoS
-
Pelaku mengirim ribuan permintaan palsu secara berulang ke server.
-
Server sibuk memproses permintaan tersebut.
-
Layanan menjadi lambat atau tidak tersedia bagi pengguna asli.
Cara Kerja DDoS
-
Penyerang mengendalikan jaringan perangkat (botnet).
-
Semua perangkat tersebut dikomando menyerang target secara serentak.
-
Server target dibanjiri trafik dari banyak lokasi.
-
Layanan tumbang dalam hitungan detik atau menit.
Contoh Kasus DDoS Nyata:
Pada tahun 2016, layanan DNS Dyn diserang DDoS oleh botnet Mirai. Serangan ini menyebabkan berbagai situs besar seperti Twitter, Netflix, dan Spotify tidak dapat diakses oleh jutaan pengguna.
BAB 5: Mana yang Lebih Berbahaya?
Tanpa diragukan, DDoS lebih berbahaya dibanding DoS, karena:
-
Skalanya jauh lebih besar, melibatkan ribuan bahkan jutaan perangkat.
-
Lebih sulit dihentikan, karena lalu lintas datang dari berbagai sumber.
-
Deteksi dan mitigasinya lebih kompleks, memerlukan teknologi dan infrastruktur yang kuat.
-
Dampaknya sangat luas, bisa menjatuhkan perusahaan besar, sistem pemerintahan, hingga layanan publik.
Namun demikian, DoS juga tetap berbahaya jika targetnya adalah sistem kecil, layanan lokal, atau situs dengan sumber daya terbatas.
BAB 6: Penutup dan Tips Perlindungan
Baik DoS maupun DDoS adalah ancaman serius di dunia digital. Memahami perbedaan dan cara kerjanya adalah langkah pertama untuk melindungi sistem.
Tips menghadapi serangan:
-
Gunakan firewall dan sistem deteksi dini.
-
Terapkan rate limiting pada server.
-
Gunakan layanan anti-DDoS cloud seperti Cloudflare atau AWS Shield.
-
Pantau trafik jaringan untuk deteksi anomali lebih cepat.
-
Siapkan rencana darurat (incident response) jika serangan terjadi.
Kesimpulannya, meski memiliki tujuan yang sama, DDoS lebih kompleks dan berbahaya dibandingkan DoS. Namun, keduanya harus diwaspadai dengan serius dalam perencanaan keamanan siber organisasi.
NAMA : FAHRUL DERMANSYAH
NIM : 23156201011
PRODI:SISTEM KOMPUTER STMIK CATUR SAKTI KENDARI