BAB 1: Pendahuluan

Dalam dunia siber, tidak semua serangan membutuhkan virus, malware, atau pencurian data. Ada satu jenis senjata yang tak terlihat, tidak bersuara, tidak membawa peluru—namun bisa melumpuhkan sistem, menghentikan layanan, dan menciptakan kekacauan digital secara masif: itulah Denial of Service (DoS).

Serangan ini tidak mengubah sistem, tidak mengambil informasi, namun mampu membuat seluruh layanan digital tidak bisa diakses. Inilah mengapa DoS disebut sebagai senjata digital tanpa peluru, tapi sangat mematikan.

BAB 2: Bagaimana Cara Kerja Senjata Ini?

DoS (Denial of Service) adalah teknik menyerang sistem dengan cara membanjiri server, jaringan, atau aplikasi dengan trafik palsu atau permintaan berlebihan. Tujuannya bukan mencuri, tapi menghabiskan sumber daya sistem sehingga tidak bisa melayani pengguna asli.

Jenis serangan yang umum:

  • Ping Flood: banjir permintaan ping

  • SYN Flood: permintaan koneksi palsu

  • HTTP Flood: permintaan berulang ke halaman web

  • UDP Flood: serangan pada protokol komunikasi

Dalam skala lebih besar, muncul varian DDoS (Distributed DoS), di mana ribuan perangkat botnet menyerang secara serentak, menjadikannya hampir mustahil dihentikan tanpa infrastruktur kuat.

BAB 3: Mengapa DoS Sangat Berbahaya?

Meskipun tidak secara langsung merusak atau mencuri data, DoS tetap bisa menjadi senjata mematikan, karena:

💥 1. Menghentikan Operasional Bisnis

Layanan digital lumpuh = transaksi berhenti, kepercayaan pelanggan hilang, kerugian langsung dan reputasi rusak.

🔇 2. Serangan Sunyi tapi Efektif

Tidak menginfeksi sistem. Tidak disadari sebelum server tumbang. Sulit dideteksi sejak awal.

💣 3. Biaya Pemulihan Tinggi

Selain downtime, perusahaan perlu membayar mitigasi, kompensasi, bahkan biaya hukum jika data pelanggan terganggu.

⚖️ 4. Dampak Multisektor

Bank, e-commerce, rumah sakit, game online, lembaga pendidikan, hingga layanan pemerintah bisa menjadi korban.

BAB 4: Siapa yang Menggunakan Senjata Ini?

Senjata DoS dapat “dimiliki” siapa saja—karena alatnya tersedia luas, bahkan bisa dibeli atau disewa. Pelaku DoS bisa termasuk:

  • Penjahat siber: untuk pemerasan

  • Hacktivist: untuk protes politik atau sosial

  • Kompetitor gelap: untuk menjatuhkan pesaing

  • Insider/mantan karyawan: untuk sabotase

  • Kelompok terorganisir: sebagai bagian dari konflik digital antarnegara

Contoh:
Serangan DDoS pada provider DNS Dyn tahun 2016 membuat Spotify, Twitter, Netflix, dan Reddit lumpuh secara global. Ini adalah bentuk kekuatan “tanpa peluru” yang bisa menghentikan layanan besar hanya dengan trafik palsu.

BAB 5: Bagaimana Melindungi Diri dari Senjata Ini?

Berikut adalah perisai digital untuk melawan serangan DoS:

🔐 Teknologi:

  • Firewall dan Web Application Firewall (WAF)

  • Layanan anti-DDoS (Cloudflare, AWS Shield, dll.)

  • CDN dan sistem distribusi trafik

  • Sistem deteksi anomali trafik (AI-based monitoring)

📋 Protokol dan Prosedur:

  • Buat SOP tanggap serangan

  • Lakukan simulasi insiden

  • Siapkan server cadangan dan jalur alternatif

  • Latih tim TI dan komunikasi krisis

Keamanan bukan hanya soal “cepat tanggap”, tapi juga soal siap sebelum ditembak.

BAB 6: Penutup – Ketika Peluru Tak Dibutuhkan untuk Menghancurkan

Di dunia fisik, senjata mematikan menimbulkan kerusakan nyata. Tapi di dunia digital, serangan DoS membuktikan bahwa “mati” tidak selalu berarti hancur—cukup membuat sistem tidak hidup.

DoS tidak menggores layar, tidak menjebol server, tapi mampu menghentikan segalanya.
Itulah kekuatan senjata tanpa peluru di era siber.

Maka dari itu, setiap organisasi—baik kecil maupun raksasa—perlu menyadari bahwa DoS adalah realita, bukan sekadar risiko teknis. Senjata ini bisa menyerang siapa saja, kapan saja, dari mana saja.

NAMA : FAHRUL DERMANSYAH

NIM     : 23156201011

PRODI:SISTEM KOMPUTER STMIK CATUR SAKTI KENDARI