I. Pendahuluan
Serangan siber semakin canggih dan terorganisir. Salah satu yang paling umum namun sangat mengganggu adalah Denial of Service (DoS). Meski terdengar sederhana—membanjiri sistem hingga tidak bisa digunakan—serangan ini ternyata menyimpan kompleksitas di balik layar. Untuk memahami dan menghadapinya dengan efektif, kita perlu mengenal teknik-teknik yang digunakan, motif pelaku, serta strategi penanganannya.
Artikel ini membongkar apa yang sebenarnya terjadi di balik serangan DoS, mengapa serangan ini dilakukan, dan bagaimana kita bisa melindungi diri darinya.
II. Teknik- Teknik Umum dalam Serangan DoS
Pelaku DoS menggunakan berbagai teknik untuk melumpuhkan target. Berikut beberapa metode yang sering digunakan:
1. UDP Flood
Mengirim paket-paket UDP secara terus-menerus ke port acak pada server target. Server dipaksa mencari aplikasi yang sesuai dengan port tersebut, hingga kehabisan sumber daya.
2. ICMP Flood (Ping Flood)
Menggunakan permintaan ping (ICMP Echo Request) dalam jumlah besar ke server. Tujuannya adalah membanjiri jaringan dan memperlambat sistem.
3. SYN Flood
Memanfaatkan kelemahan dalam proses tiga langkah TCP (three-way handshake). Penyerang mengirim permintaan sambungan tanpa menyelesaikan proses, membuat server menunggu dan memenuhi kapasitas buffer.
4. HTTP Flood
Mengirim permintaan HTTP palsu (seolah dari pengguna asli) ke situs atau aplikasi web. Serangan ini menyulitkan sistem karena terlihat seperti lalu lintas normal.
5. Slowloris
Menjaga koneksi HTTP tetap terbuka selama mungkin dengan mengirim data sangat lambat. Ini membuat server tetap sibuk dan tidak dapat menerima koneksi baru.
6. Amplification Attack (Serangan Penguatan)
Penyerang menggunakan server pihak ketiga seperti DNS atau NTP untuk memperkuat jumlah trafik ke target. Ini bisa menyebabkan ledakan volume data dalam waktu singkat.
III. Motif di Balik Serangan DoS
Mengapa pelaku melakukan serangan DoS? Berikut beberapa motif umum:
1. Aksi Balas Dendam atau Dendam Pribadi
Mantan karyawan, pelanggan kecewa, atau individu yang merasa dirugikan kerap menggunakan DoS sebagai bentuk pembalasan.
2. Motif Politik dan Aktivisme (Hacktivism)
Kelompok seperti Anonymous menggunakan DoS untuk memprotes kebijakan, perusahaan, atau pemerintah yang dianggap tidak adil.
3. Pemerasan dan Ancaman (Ransom DoS)
Penyerang mengancam akan melancarkan serangan DoS kecuali korban membayar sejumlah uang (mirip dengan ransomware, tapi tanpa enkripsi data).
4. Persaingan Bisnis Tidak Sehat
Beberapa perusahaan menggunakan DoS untuk menjatuhkan pesaing secara tidak etis, terutama saat momen penting seperti peluncuran produk atau kampanye besar.
5. Uji Coba dan Eksperimen
Dalam beberapa kasus, pelaku hanya ingin mencoba kemampuan teknis mereka atau menguji alat otomatis yang mereka buat.
IV. Strategi Penanganan Serangan DoS
Menghadapi serangan DoS membutuhkan persiapan teknis, koordinasi internal, dan solusi berlapis. Berikut strategi yang disarankan:
1. Deteksi Dini dan Pemantauan Trafik
Gunakan sistem monitoring jaringan (seperti SNMP, NetFlow, atau IDS/IPS) untuk mengenali lonjakan trafik yang mencurigakan sejak awal.
2. Gunakan Firewall dan Web Application Firewall (WAF)
Firewall dapat memblokir lalu lintas dari IP mencurigakan. WAF lebih efektif untuk melindungi aplikasi web dari serangan lapisan aplikasi.
3. Load Balancing dan Redundansi Sistem
Menyebar beban kerja ke banyak server atau lokasi geografis berbeda membantu mengurangi risiko titik kegagalan tunggal.
4. Rate Limiting dan Filter Trafik
Membatasi jumlah permintaan dari satu IP dapat memperlambat serangan otomatis.
5. Mitigasi Cloud dan Anti-DDoS Provider
Layanan seperti Cloudflare, Akamai, dan AWS Shield memiliki kapasitas global untuk menyerap dan menyaring serangan besar secara otomatis.
6. Siapkan Prosedur Respons Insiden
Latih tim IT dengan simulasi serangan, dokumentasikan langkah-langkah saat serangan terjadi, dan komunikasikan status layanan kepada pengguna dengan cepat.
V. Kesimpulan
Serangan DoS bukan sekadar gangguan teknis, melainkan senjata digital yang bisa melumpuhkan layanan, merusak reputasi, dan menyebabkan kerugian besar. Di balik serangan ini, terdapat berbagai teknik licik dan motivasi yang beragam. Oleh karena itu, organisasi perlu memahami tidak hanya bagaimana serangan terjadi, tetapi juga mengapa, dan yang terpenting—bagaimana cara melindungi sistem secara berlapis dan tangguh.
Kesiapan bukan hanya soal alat, tapi juga kesadaran dan koordinasi. Dunia digital yang aman tidak terjadi secara otomatis—ia dibangun dengan pengetahuan, antisipasi, dan ketegasan dalam bertindak.
NAMA : FAHRUL DERMANSYAH
NIM : 23156201011
PRODI:SISTEM KOMPUTER STMIK CATUR SAKTI KENDARI