I. Pendahuluan

Di dunia maya, tidak semua kejahatan langsung terlihat. Beberapa menyerang secara terbuka, sementara lainnya melumpuhkan dari dalam diam. Dua di antara serangan yang paling sering terjadi dan sangat mengganggu adalah Deface dan Denial of Service (DoS). Meski sama-sama termasuk dalam kategori serangan siber, keduanya memiliki sifat, tujuan, dan dampak yang berbeda. Artikel ini akan membahas dua “wajah” serangan digital tersebut—deface yang kasar dan DoS yang kejam.

II. Deface: Serangan dengan Pesan Terbuka

Deface (atau website defacement) adalah serangan yang dilakukan dengan meretas sebuah situs web dan mengganti tampilannya. Biasanya pelaku menyisipkan pesan, gambar, atau simbol tertentu sebagai bentuk unjuk eksistensi, protes, atau vandalisme digital.

Ciri-ciri Serangan Deface:

  • Tampilan website berubah drastis dari desain aslinya.

  • Muncul pesan bernada politis, sindiran, ancaman, atau tag dari peretas.

  • Tidak merusak sistem internal, tetapi mencoreng reputasi pemilik situs.

Tujuan Umum:

  • Unjuk eksistensi: Pelaku ingin menunjukkan kemampuannya.

  • Protes digital: Sering dilakukan oleh hacktivist (aktivis digital).

  • Menghina atau mempermalukan target: Terutama pada institusi pemerintah atau perusahaan besar.

Ibaratnya: Deface itu seperti mencoret-coret dinding kantor atau mencabut papan nama di depan umum.

III. DoS: Serangan Sunyi yang Mematikan

Berbeda dengan deface yang bersifat “kasat mata”, Denial of Service (DoS) adalah serangan yang bekerja dalam senyap namun mematikan. Tujuannya bukan untuk menunjukkan wajah pelaku, tetapi membuat layanan digital tidak bisa diakses sama sekali.

Ciri-ciri Serangan DoS:

  • Website atau sistem tiba-tiba lambat, bahkan tidak bisa diakses.

  • Trafik jaringan meningkat drastis tanpa sebab jelas.

  • Sistem server overload dan berhenti merespon.

Tujuan Umum:

  • Melumpuhkan layanan secara total.

  • Mengganggu bisnis atau operasional lawan.

  • Membuka jalan untuk serangan lanjutan, seperti pencurian data atau penyisipan malware.

Ibaratnya: DoS itu seperti membanjiri call center perusahaan dengan ribuan telepon tak berguna hingga pelanggan asli tidak bisa masuk.

IV. Perbandingan Deface vs DoS

Aspek Deface DoS (Denial of Service)
Tujuan Menyampaikan pesan atau protes Melumpuhkan layanan sepenuhnya
Dampak Visual Terlihat jelas (tampilan berubah) Tidak terlihat, tapi sistem lumpuh
Efek Jangka Panjang Merusak reputasi Kehilangan pengguna & potensi finansial
Pelaku Umum Hacktivist, pemula Peretas terlatih, penyewa botnet
Kesulitan Pemulihan Umumnya bisa cepat diperbaiki Bisa berlangsung lama dan kompleks

V. Dampak Strategis Bagi Korban

  1. Reputasi Terpuruk
    Deface menunjukkan bahwa sistem bisa dibobol; DoS menunjukkan sistem tidak kuat bertahan.

  2. Kerugian Finansial
    Layanan yang down akibat DoS = transaksi berhenti. Deface = hilangnya kepercayaan pelanggan.

  3. Keamanan Data Terancam
    Kedua serangan bisa menjadi pintu masuk ke pelanggaran yang lebih serius, seperti pencurian data atau injeksi malware.

VI. Perlindungan dari Dua Wajah Serangan Siber

Untuk mencegah menjadi korban baik deface maupun DoS, organisasi dan individu perlu:

  • Menggunakan Web Application Firewall (WAF)

  • Rutin Update CMS dan Plugin

  • Monitoring Trafik dan Perilaku Server

  • Implementasi IDS/IPS

  • Backup Berkala dan Pengetesan Keamanan Berkala (pentest)

VII. Kesimpulan

Deface itu kasar, DoS itu kejam. Dua serangan ini mewakili sisi terang dan gelap dari kejahatan siber: satu menyerang wajah luar, satu lagi menghancurkan jantung sistem dari dalam. Di era digital yang kian kompleks, mengenali dan memahami kedua bentuk serangan ini menjadi langkah awal yang penting untuk menjaga integritas, ketersediaan, dan keamanan informasi yang kita miliki.

NAMA : FAHRUL DERMANSYAH

NIM     : 23156201011

PRODI:SISTEM KOMPUTER STMIK CATUR SAKTI KENDARI