publiksultra.id – Kampung Tarandam, Nagari Pasar Muara Labuh kabupaten Solok Selatan (Solsel) Sumatera Barat (Sumbar) salah satu daerah langganan banjir di kabupaten itu, nyaris tiap tahun dilanda terjangan air sungai. Dikarenakan kampung ini secara geografis berada dipertemuan dua Sungai besar, Batang Suliti dan Batang Bangko.
Banjir terparah terjadi pada 8 Februari 2016 yang merendam ratusan rumah warga. Terakhir banjir melanda Kampung Tarandam pada Januari 2021.
Baca Juga : Gila! Mike Tyson Tolak Bayaran Rp350 Miliar untuk Melawan Petinju Ini Mei Nanti
Simak Terus Berita Sumbar Hari Ini di Harianhaluan.com
“Dampaknya, Kampung Tarandam menjadi salah satu kawasan kumuh di Solsel. Ini menjadi pemicu lahirnya ide untuk mengembangkan potensi yang ada di Kampung Tarandam untuk meningkatkan taraf ekonomi masyarakat. Dan menjadi kampung yang memiliki objek wisata yang terintegrasi dengan destinasi kawasan Saribu Rumah Gadang (SRG),” kata Pj.Wali Nagari Pasar Muara Labuh, Efrizal, Senin (26/4/2021).
Efrizal melihat potensi yang bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan taraf ekonomi masyarakat Kampung Tarandam melalui sektor Usaha Kecil atau usaha rumahan yang umumnya dilakoni masyarakat di wilayah ini.
Nagari Pasar Muara Labuh memiliki sekitar 600 Kepala Keluarga (KK) dari empat Jorong. Yakni, Jorong Pasar Muara Labuh Utara, Pasar Muara Labuh Timur, Pasar Muara Labuh Barat dan Jorong Pasar Maura Labuh Selatan.
Simak Terus Berita Sumbar Terkini di Harianhaluan.com
“Saya amati, ada potensi yang bisa dikembangkan dan dibranding. Disini unik, terutama di Jorong Pasar Timur dan Pasar Utara (Kampung Tarandam). Masyarakatnya, terutama kaum ibu rumah tangga berprofesi sebagai pengrajin Ketupat dari daun kelapa, dan sudah berlangsung sejak dahulu secara turun temurun. Ada ratusan pengrajin yang melakoni usaha rumahan tersebut,” sebutnya.
Sehingga, kata Efrizal, muncul ide untuk membranding Kampung Tarandam yang dikenal sebagai daerah kumuh dan langganan banjir menjadi Kampung Ketupat.
“Hasil kerajinan Ketupat di Kampung Tarandam telah mendapatkan pangsa pasar. Pesanan ketupat selalu datang dari kabupaten Solok, maupun pangsa lokal Solsel. Nah, ini yang akan kita maksimalkan melalui Badan Usaha Milik Nagari (BUMNag), supaya bisa memenuhi pangsa pasar di Sumbar. Outputnya ekonomi masyarakat meningkat,” ucapnya.
Selain peningkatan ekonomi melalui Ketupat, pihaknya juga bakal mengintegrasikan Kampung Ketupat dengan kawasan SRG. Alasannya, karena Kampung Ketupat berada disekitar SRG dan menjadi destinasi wisata penyangga.
“Kampung Ketupat nantinya ditata sedemikian rupa sehingga memiliki keindahan khas. Mulai dari akses jalan, pembangunan tugu yang ikonik dan lainnya yang memiliki nilai wisata,” tuturnya.
Untuk mewujudkan hal itu, imbuhnya, Pemerintahan Nagari Pasar Muara Labuh di 2021 ini melakukan kerjasama dengan Universitas Andalas dan Universitas Negeri Padang, tim akan melakukan kajian terukur untuk membranding Kampung Ketupat. Kegiatan tersebut dianggarkan melalui dana desa.
“Disetiap kesempatan yang saya ikuti, mulai dari tingkat nagari, kecamatan, kabupaten dan sampai ketingkat provinsi selalu saya apungkan ide ini. Alhamdulillah, mendapatkan respon positif,” bebernya.
Dia menyebutkan, dukungan untuk mewujudkan itu juga datang dari pemerintah kabupaten Solsel dan legislator Sumbar fraksi Gerindra, Mario Syah Johan.
“Kabar baiknya lagi, ancaman banjir di Kampung Tarandam bakal teratasi. Pasalnya, proyek dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) RI, melalui Balai Wilayah Sungai 5 Sumbar untuk pembangunan sodetan pengendalian banjir sungai Batang Suliti dan sungai Batang Bangko tahun anggaran 2021 siap untuk dimulai,” sebutnya.
“Dimana anggaran sebesar Rp 48,2 miliar untuk pengerjaan pengamanan pertemuan sungai Batang Bangko dan Batang Suliti, dan dana sebesar Rp23 miliar untuk sungai Batang Suliti. Semoga, inisatif ini bisa diwujudkan untuk kesejahteraan masyarakat di Nagari Pasar Muara Labuh,” tutupnya. (*)
Reporter : Jefli | Editor : Milna Miana