Pendahuluan
Banyak aplikasi saat ini hadir dengan tampilan yang modern dan fitur-fitur canggih. Mulai dari desain yang responsif, animasi halus, hingga integrasi dengan teknologi baru seperti AI atau cloud. Tapi sayangnya, tidak semua aplikasi yang terlihat modern itu benar-benar aman. Beberapa masih menggunakan sistem keamanan lama yang mudah dibobol. Artikel ini mengajak para pengembang dan pemilik aplikasi untuk mulai mengevaluasi ulang sistem keamanannya dan segera memperbaruinya.

Ketimpangan antara Tampilan dan Keamanan
Sering kali fokus pengembangan hanya ada di bagian tampilan dan pengalaman pengguna (UX/UI). Desain dibuat menarik, fitur dibuat lengkap, tapi keamanan justru diabaikan. Frontend mungkin kekinian, tapi backend dan sistem proteksinya ketinggalan zaman. Akibatnya, aplikasi terlihat bagus dari luar, tapi sangat lemah dari sisi dalam. Peretas bisa dengan mudah menemukan celah dan menyerang karena sistem keamanannya tidak memadai.

Ciri-Ciri Keamanan Aplikasi yang Sudah Usang
Ada beberapa tanda bahwa keamanan aplikasi sudah ketinggalan zaman. Misalnya, aplikasi masih menggunakan HTTP, bukan HTTPS, sehingga data mudah disadap. Password pengguna disimpan tanpa enkripsi, atau hanya disimpan dalam bentuk teks biasa. Aplikasi juga tidak mendukung verifikasi dua langkah (2FA) sehingga akun mudah diambil alih.

Selain itu, aplikasi tidak pernah diperbarui atau menerima patch keamanan terbaru. Sistem autentikasi juga belum menggunakan metode modern seperti token JWT. Bahkan, banyak aplikasi masih belum memiliki sistem pengelolaan hak akses yang baik, sehingga semua pengguna bisa mengakses fitur yang seharusnya terbatas.

Risiko Menggunakan Keamanan yang Ketinggalan Zaman
Sistem keamanan yang usang membuka banyak peluang bagi serangan. Mulai dari SQL Injection, Cross-Site Scripting (XSS), hingga Cross-Site Request Forgery (CSRF). Celah-celah ini bisa dimanfaatkan untuk mencuri data, mengubah isi sistem, atau bahkan merusak layanan.

Jika data pengguna bocor, maka kepercayaan terhadap aplikasi akan turun drastis. Lebih parah lagi, pemilik aplikasi bisa berurusan dengan hukum karena tidak memenuhi aturan perlindungan data yang berlaku.

Langkah-Langkah Pembaruan Keamanan Aplikasi
Untuk menjaga keamanan, langkah pertama adalah melakukan audit menyeluruh terhadap seluruh sistem — dari kode program, database, hingga konfigurasi server. Pastikan aplikasi menggunakan HTTPS dan semua data sensitif dienkripsi.

Gunakan sistem autentikasi yang lebih kuat seperti OAuth2, verifikasi dua langkah (2FA), dan token JWT. Semua komponen aplikasi juga harus selalu diperbarui, termasuk framework dan library pihak ketiga. Terapkan prinsip least privilege, yaitu hanya memberi hak akses yang benar-benar diperlukan. Selain itu, penting juga untuk menyiapkan sistem pemantauan dan pencatatan aktivitas agar bisa mendeteksi serangan lebih awal.

Membangun Kesadaran di Kalangan Developer
Keamanan bukan tugas satu orang saja. Setiap anggota tim pengembang harus paham pentingnya menjaga keamanan aplikasi. Maka dari itu, pelatihan dan edukasi soal keamanan harus rutin dilakukan.

Keamanan juga harus diterapkan sejak awal pengembangan, bukan setelah aplikasi jadi. Ini disebut pendekatan DevSecOps — mengintegrasikan keamanan ke dalam seluruh proses pengembangan aplikasi, dari awal hingga produksi.

Kesimpulan
Aplikasi modern seharusnya memiliki sistem keamanan yang juga modern. Tampilan yang keren dan fitur yang canggih akan percuma jika aplikasi mudah diretas. Keamanan bukan lagi pilihan, tapi kewajiban.

Saatnya berbenah. Periksa ulang keamanan aplikasi Anda, dan perbarui sistemnya sebelum terlambat. Karena menjaga keamanan berarti menjaga kepercayaan pengguna dan keberlanjutan aplikasi Anda di masa depan.

NAMA : AULIA NINGSIH

NIM : 23156201043

PRODI : SISTEM KOMPUTER