I. Pendahuluan
Bayangkan kamu sedang ingin memesan makanan lewat aplikasi online, tetapi tiba-tiba aplikasinya tidak bisa dibuka. Atau kamu sedang mengakses website bank untuk transfer dana, namun situsnya terus-menerus gagal dimuat. Fenomena ini bisa jadi bukan hanya karena gangguan teknis biasa, melainkan efek dari serangan Denial of Service (DoS)—sebuah ancaman nyata di dunia digital yang bisa melumpuhkan layanan online secara tiba-tiba.
II. Apa Itu Serangan DoS?
Denial of Service (DoS) adalah jenis serangan siber yang bertujuan untuk membuat sebuah layanan digital tidak bisa diakses oleh pengguna sah. Ini dilakukan dengan cara “membanjiri” sistem target dengan trafik atau permintaan berlebihan, hingga sistem tidak mampu menangani beban dan akhirnya berhenti merespons.
Secara sederhana, bayangkan ada toko roti yang hanya mampu melayani 10 pelanggan per jam. Tapi kemudian datang 100 orang yang pura-pura memesan tanpa membeli, membuat pelanggan asli tidak bisa dilayani. Itulah gambaran dari serangan DoS.
III. Mengapa DoS Berbahaya?
Serangan DoS bisa terjadi kapan saja dan berdampak besar. Beberapa bahayanya meliputi:
-
Layanan Tidak Tersedia: Pengguna tidak bisa mengakses situs, aplikasi, atau layanan penting.
-
Kerugian Bisnis: Usaha online bisa kehilangan pendapatan karena tidak bisa beroperasi.
-
Kehilangan Kepercayaan: Pelanggan bisa kecewa dan berpindah ke kompetitor.
-
Potensi Serangan Lanjutan: DoS sering digunakan untuk mengalihkan perhatian sebelum serangan yang lebih berbahaya dilakukan, seperti pencurian data.
IV. Bagaimana Cara Kerja DoS?
DoS dilakukan dengan mengirim permintaan palsu ke server secara terus-menerus dalam jumlah besar. Karena server hanya memiliki sumber daya terbatas (seperti bandwidth dan RAM), maka ia menjadi lambat, tidak responsif, atau bahkan crash.
Jenis-jenis serangan DoS di antaranya:
-
Flooding: Permintaan dikirim terus-menerus hingga server kewalahan.
-
Exploitation: Mengeksploitasi kelemahan protokol komunikasi.
-
Application Attacks: Menyerang aplikasi atau website secara langsung dengan beban permintaan tinggi.
V. DoS vs DDoS: Apa Bedanya?
-
DoS (Denial of Service): Serangan berasal dari satu sumber.
-
DDoS (Distributed Denial of Service): Serangan berasal dari banyak sumber secara bersamaan, biasanya melalui jaringan perangkat yang sudah diretas (disebut botnet).
DDoS jauh lebih sulit dihentikan karena berasal dari berbagai titik di seluruh dunia.
VI. Cara Menghindari Dampak DoS
Agar layanan tidak tiba-tiba lumpuh, beberapa langkah perlindungan bisa diambil:
-
Monitoring Trafik Secara Real-Time: Untuk mendeteksi lonjakan tidak wajar.
-
Firewall & Rate Limiting: Membatasi jumlah permintaan dari satu IP.
-
Gunakan CDN (Content Delivery Network): Memecah beban ke banyak server.
-
Layanan Anti-DDoS: Seperti Cloudflare atau AWS Shield yang bisa menyaring trafik berbahaya.
-
Load Balancing: Mendistribusikan trafik ke beberapa server agar tidak ada yang kewalahan.
VII. Studi Kasus Nyata
Pada tahun 2020, serangan DDoS besar-besaran melumpuhkan layanan milik Amazon Web Services (AWS), membuat ribuan website dan aplikasi terganggu di seluruh dunia. Serangan tersebut berlangsung selama hampir 3 hari dan menunjukkan betapa seriusnya ancaman ini, bahkan bagi perusahaan teknologi raksasa.
VIII. Kesimpulan
Serangan DoS bukan hanya ancaman teknis, tetapi juga persoalan serius yang bisa merugikan bisnis dan masyarakat luas. Ketika layanan online tiba-tiba tidak bisa diakses, ada kemungkinan itu bukan sekadar error, tapi bagian dari serangan DoS yang sedang berlangsung. Oleh karena itu, membangun sistem yang kuat dan siap menghadapi serangan adalah langkah penting di era digital saat ini.
NAMA : FAHRUL DERMANSYAH
NIM : 23156201011
PRODI:SISTEM KOMPUTER STMIK CATUR SAKTI KENDARI