Pendahuluan

Teknologi internet sekarang memudahkan kita untuk berkomunikasi dengan siapa saja, kapan saja. Namun, di balik manfaatnya, muncul juga dampak negatif, salah satunya adalah cyberbullying atau perundungan di dunia maya.

Cyberbullying bisa berupa ejekan, ancaman, penyebaran kebencian, atau menyebarkan informasi pribadi seseorang tanpa izin. Biasanya terjadi di media sosial, chat, atau komentar online. Meskipun dilakukan secara digital, cyberbullying bisa berdampak besar bagi korban — dari rasa takut, depresi, bahkan sampai ingin bunuh diri.

Untuk menangani kasus seperti ini, dibutuhkan digital forensik, yaitu proses untuk mengumpulkan dan menganalisis bukti digital agar pelaku bisa ditemukan dan diproses secara hukum.

Apa Itu Digital Forensik?

Digital forensik adalah ilmu yang digunakan untuk menyelidiki perangkat elektronik, seperti HP, komputer, atau media sosial, untuk mencari jejak digital yang bisa digunakan sebagai bukti. Dalam kasus cyberbullying, digital forensik digunakan untuk:

  • Melacak pelaku yang mungkin menyembunyikan identitas
  • Menyimpan bukti seperti chat, postingan, atau komentar
  • Menentukan waktu dan tempat kejadian secara digital

Cyberbullying dan Tantangannya

Kasus cyberbullying seringkali sulit dibuktikan karena pelaku bisa:

  • Menghapus pesan atau komentar
  • Menggunakan akun palsu
  • Menyebar lewat grup atau akun anonim
  • Memakai VPN agar tidak bisa dilacak

Tapi dengan bantuan digital forensik, jejak-jejak ini bisa ditemukan kembali.

Langkah-Langkah Digital Forensik untuk Kasus Cyberbullying

  1. Identifikasi Bukti
    • Menentukan platform atau aplikasi tempat perundungan terjadi (misalnya: Instagram, WhatsApp, TikTok).
    • Mengumpulkan screenshot, link, atau isi pesan yang berkaitan.
  2. Pengumpulan Data
    • Tim forensik mengambil data dari HP korban atau server platform.
    • Bukti disimpan dalam bentuk digital yang tidak bisa dimodifikasi.
  3. Analisis Data
    • Melacak IP address pelaku.
    • Menganalisis waktu, tanggal, dan pola komunikasi.
    • Memastikan isi pesan benar-benar termasuk bentuk cyberbullying.
  4. Pelaporan
    • Semua hasil disusun dalam laporan resmi.
    • Laporan digunakan oleh pihak berwenang (misalnya polisi) untuk proses hukum.

Contoh Kasus Cyberbullying

Misalnya, seorang siswa SMA mendapat ancaman dan hinaan terus-menerus melalui akun palsu Instagram. Korban melapor ke guru dan polisi. Dengan bantuan tim digital forensik:

  • Jejak komentar yang sudah dihapus bisa ditemukan.
  • Pelaku dilacak lewat IP address meskipun menggunakan akun palsu.
  • Bukti-bukti dikumpulkan dan dijadikan dasar untuk tindakan hukum.

Kesimpulan

Cyberbullying adalah masalah serius yang terjadi di dunia digital. Meskipun dilakukan secara online, tindakan ini bisa menimbulkan luka psikologis yang dalam.

Digital forensik menjadi alat penting untuk mengungkap pelaku dan menyelamatkan korban, karena mampu menelusuri jejak digital yang tersembunyi.

Masyarakat, terutama anak muda, perlu tahu bahwa apa pun yang dilakukan di internet akan meninggalkan jejak. Maka dari itu, gunakan media sosial dengan bijak, dan jangan ragu untuk melapor jika menjadi korban cyberbullying.

 

Nama : Usni pebriyanti dewi makasau

Nim : 23156201036

Jurusan : Sistem Komputer