PUBLIKSULTRA.ID – Anak yang tidak bergejala (orang tanpa gejala/OTG) Covid-19 dan bergejala ringan 19 tidak memerlukan obat antivirus. Hal itu diungkapkan dokter spesialis kesehatan anak Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) dr. Nina Dwi Putri, Sp.A (K).
“Kecuali pertimbangan khusus (dari dokter) anak-anak risiko tinggi untuk (bergejala) berat karena komorbid,” kata dr. Nina dalam seminar daring Heartology Cardiovascular Center, dikutip pada Minggu (25/7/2021).
Baca Juga: Update Laporan Harian Penemuan OTG, ODP, PDP dan Positif Covid-19 Per Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tenggara
Adapun komorbid atau penyakit penyerta anak yang akan berisiko lebih besar untuk terpapar Covid-19 adalah pasien dengan gangguan sistem imun seperti kanker, gagal ginjal, autoimun, dan HIV. Lalu mereka dengan kelainan jantung bawaan, penyakit paru kronik, asma, diabetes melitus, obesitas, dan kelainan saraf.
dr. Nina mengatakan bahwa pemberian antivirus ditentukan oleh dokter sesuai keadaan pasien. “Dokter akan menentukan sesuai keadaan pasien. Anak sesak dan gejala berat dirawat inap, dan diberikan antivirus,” kata dr. Nina.
Antibiotik Bukan Obat Covid-19
Ia menegaskan, antibiotik bukan obat Covid-19. Hal ini menyusul beredarnya narasi yang berisi resep obat untuk Covid-19 di media sosial yang menyarankan penggunaan beberapa jenis obat seperti azithromycin, favipiravir, dan dexamethasone untuk mengobati Covid-19. Antibiotik ini umumnya mudah dan murah didapatkan di apotek secara luring maupun daring.
“Apa perlu antivirus dan antibiotik? Sebagian besar anak akan sembuh sendiri, tidak memerlukan antivirus atau antibiotik (kecuali bergejala berat dan dirawat di rumah sakit,” kata dr. Nina.
Isolasi Mandiri
Di sisi lain, ketika melakukan isolasi mandiri di rumah dengan anak, dokter lulusan Universitas Indonesia itu mengatakan orang tua harus memastikan bahwa semua orang di rumah tidak bergejala atau bergejala ringan. Selanjutnya, memastikan lingkungan rumah memadai, memiliki ruangan terpisah dengan ventilasi yang baik.
Sementara untuk pengobatan dan pemantauan di rumah, dr. Nina mengatakan orang tua untuk aktif memantau suhu, saturasi oksigen dua kali sehari, laju napas, gejala asupan makanan, aktivitas anak, dan tanda-tanda dehidrasi. “Untuk pengobatan sendiri, sifatnya hanya untuk membuat anak nyaman. Misalnya jika anak demam lalu aktivitas terganggu, dapat diberikan obat demam. Jangan lupa untuk memberikan asupan makanan bergizi tinggi dan bervitamin,” kata dia. (*)
Sumber: Antaranews.com