BAB 1: Pendahuluan
Dengan munculnya teknologi revolusioner seperti Artificial Intelligence (AI) dan Blockchain, banyak yang mengira bahwa ancaman siber tradisional seperti Denial of Service (DoS) telah usang. Kenyataannya, justru sebaliknya. Seiring meningkatnya ketergantungan pada sistem digital yang kompleks, DoS justru tetap relevan dan berkembang dalam bentuk baru yang lebih canggih.
Artikel ini akan menjawab secara kritis: Apakah serangan DoS masih mengancam sistem berbasis AI dan Blockchain? Dan bagaimana bentuknya di era teknologi modern ini?
BAB 2: Sekilas tentang DoS dan Evolusinya
Denial of Service (DoS) adalah jenis serangan siber yang bertujuan membuat suatu layanan menjadi tidak tersedia, dengan membanjiri sistem target menggunakan permintaan atau trafik berlebih. Di masa lalu, serangan ini sering dilakukan secara manual atau dengan skrip sederhana.
Namun kini, DoS telah:
-
Berkembang menjadi DDoS (Distributed DoS).
-
Memanfaatkan botnet IoT yang tersebar di seluruh dunia.
-
Menggunakan trafik terenkripsi agar sulit dideteksi.
-
Menargetkan lapisan aplikasi, API, dan jaringan cloud.
Artinya, DoS tidak lagi sederhana. Ia beradaptasi dengan teknologi zaman, termasuk AI dan Blockchain.
BAB 3: DoS dan Sistem Berbasis AI
Sistem berbasis AI seperti chatbot, rekomendasi pintar, deteksi wajah, atau pengenalan suara sangat tergantung pada:
-
Ketersediaan komputasi (CPU/GPU).
-
Stabilitas API dan akses data real-time.
Mengapa AI rentan terhadap DoS?
-
AI membutuhkan proses data secara kontinu, dan DoS bisa mengganggu alur tersebut.
-
Model AI bisa overload jika diserang dengan input-input palsu yang terlalu banyak.
-
Sistem AI yang berbasis cloud (misalnya inferensi real-time) sangat rentan jika jaringan terputus karena DoS.
Contoh: Serangan DoS terhadap sistem AI kendaraan otonom atau deteksi anomali bisa membuat sistem gagal membaca data penting tepat waktu, dan memicu kegagalan fungsi.
BAB 4: DoS dalam Ekosistem Blockchain
Blockchain dikenal sebagai sistem yang terdesentralisasi dan tahan gangguan. Tapi bukan berarti ia kebal terhadap DoS.
Cara serangan DoS muncul di sistem Blockchain:
-
Membanjiri jaringan dengan transaksi kecil tak berguna (spam) agar blok penuh dan transaksi sah tertunda.
-
Menggunakan smart contract yang dipicu terus menerus hingga node kehabisan gas (di Ethereum).
-
Menargetkan jaringan node validator dalam sistem konsensus agar tidak bisa mencapai kesepakatan (stuck).
Contoh: Pada tahun 2016, Ethereum pernah mengalami serangan spam DoS yang membuat jaringan sangat lambat dan tidak bisa memproses transaksi dengan normal.
BAB 5: Relevansi dan Transformasi Serangan DoS di Era Baru
DoS tetap relevan, dan bahkan mengalami transformasi karakter di era AI dan Blockchain:
Aspek | Dulu | Sekarang (AI & Blockchain Era) |
---|---|---|
Target | Server web biasa | API AI, smart contract, node blockchain |
Skala Serangan | Ribuan permintaan | Jutaan request terdistribusi, trafik terenkripsi |
Teknik | HTTP, ping, UDP flood | Transaction spam, trigger API overload, botnet IoT |
Tujuan | Matikan server | Ganggu proses AI, lambatkan validasi blockchain |
Artinya, DoS berkembang seiring waktu dan mengikuti pola kerja sistem modern.
BAB 6: Kesimpulan
Apakah DoS masih relevan di era AI dan Blockchain? Jawabannya: Ya, bahkan lebih dari sebelumnya.
Meskipun infrastruktur digital semakin pintar, serangan DoS pun ikut berevolusi menjadi lebih terstruktur dan terselubung. Sistem berbasis AI dan blockchain tetap bergantung pada ketersediaan layanan, kestabilan jaringan, dan integritas komputasi, yang semuanya bisa terganggu oleh DoS.
Oleh karena itu:
-
DoS tidak akan pernah usang—ia hanya berubah bentuk.
-
Dunia siber perlu mengembangkan pertahanan baru, seperti AI-driven threat detection, resilient blockchain design, dan proteksi cloud berbasis skala elastis.
Teknologi boleh berubah, tapi satu hal tetap sama: ketika sistem menjadi sangat penting, maka ia akan menjadi target utama.
NAMA : FAHRUL DERMANSYAH
NIM : 23156201011
PRODI:SISTEM KOMPUTER STMIK CATUR SAKTI KENDARI